ubuh, sehingga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Diabetes dan Hipertensi Picu Penyakit Jantung Pengidap diabetes rentan untuk terkena serangan jantung, tetapi risikonya semakin tinggi pada pengidap diabetes tipe 2. Hubungan antara penyakit diabetes dengan serangan jantung berawal dari tingginya kadar gula pengidap diabetes.
- Pasalnya, kadar gula yang tinggi bila dibiarkan tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
- Hal ini dikarenakan, glukosa berlebih yang mengalir dalam darah pengidap diabetes dapat merusak pembuluh darah dan akhirnya memicu serangan jantung.
- Melansir dari Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan RI, bila pembuluh darah besar koroner mengalami kerusakan akibat diabetes yang tidak terkontrol, maka pembuluh darah jantung yang rusak dapat menyebabkan penyakit jantung koroner dan serangan jantung mendadak.
Selain itu, tingginya tekanan darah akibat hipertensi dapat mengakibatkan aterosklerosis, Kondisi tersebut adalah terjadinya penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah koroner, sehingga menimbulkan pembentukan plak. Plak yang terbentuk ini nantinya akan membuat pembuluh darah koroner menyempit, bahkan penyumbatan mendadak juga bisa saja terjadi.
Akibatnya, gejala seperti nyeri pada dada, sesak napas, irama jantung tidak teratur, pingsan, hingga dampak yang lebih fatal dapat terjadi. Sebab, asupan darah yang dialirkan ke seluruh tubuh menuju jantung tidak dapat tercukupi dengan baik. Tak hanya mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah koroner, tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah akan membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah.
Kondisi ini dapat memicu terjadinya penebalan dan penurunan elastisitas otot jantung. Baca juga: Diabetes Melitus Picu Terjadinya Gangguan Sistem Endokrin Jangan Sampai Putus Obat Penjelasan sebelumnya membuktikan bahwa diabetes sangat berkaitan dengan hipertensi, yang bila dibiarkan nantinya dapat memicu terjadinya komplikasi penyakit jantung.
Eduanya saling berkesinambungan dan memiliki faktor pemicu yang sama. Maka dari itu, pengidap diabetes dan hipertensi tentu harus menjalani pengobatan sesuai anjuran dokter. Sebenarnya penggunaan obat-obatan tidak dapat menyembuhkan diabetes atau hipertensi secara total. Namun, melalui konsumsi obat diabetes dan suntik insulin, pengidap diabetes dapat mengontrol kadar gula dalam darah.
Pengidap hipertensi pun juga dapat menjaga tekanan darahnya melalui penggunaan obat. Alhasil, risiko terjadinya komplikasi yang lebih serius seperti penyakit jantung dapat berkurang. Selain itu, penerapan gaya hidup yang lebih sehat juga perlu diterapkan.
- Misalnya seperti mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan kaya nutrisi, menghindari asupan yang dianggap pantangan, rutin berolahraga, serta mengelola stres dengan baik.
- Baca juga: Adakah Hubungan Diabetes dengan Hipertensi? Begini Penjelasannya Selain menjalani pengobatan dan menerapkan pola hidup sehat, pemeriksaan fisik secara rutin juga diperlukan bagi pengidap diabetes.
Apabila kamu atau orang terdekatmu mengidap diabetes dan memerlukan pemeriksaan fisik, kamu dapat membuat janji dengan dokter melalui aplikasi Halodoc, Tentunya tanpa harus menunggu atau mengantri berlama-lama di rumah sakit. Jadi tunggu apa lagi? Yuk download aplikasi Halodoc sekarang! Referensi:
Apa hubungan diabetes dengan penyakit jantung?
Diabetes merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung. Pasien diabetes ditandai dengan tingginya kadar gula (glukosa) darah. Kadar gula darah yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang membahayakan penderitanya, di antaranya penyakit jantung koroner.
- Penyakit Jantung koroner adalah kondisi tersumbatnya pembuluh darah koroner (pembuluh darah yang mensuplai darah dan oksigen ke jantung).
- Sumbatan ini disebabkan penumpukan kolesterol atau plak pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis).
- Jika tidak terkontrol, diabetes dapat menyebabkan serangan jantung.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), penyakit jantung koroner merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia, bahkan juga di Indonesia. Orang dewasa dengan diabetes, memiliki risiko 2 – 4 kali lipat lebih besar untuk meninggal akibat penyakit jantung koroner dibandingkan yang tidak menderita diabetes Diabetes merusak organ jantung Kadar gula darah yang tinggi dapat memicu kerusakan pada dinding pembuluh darah, termasuk pembuluh darah jantung.
Hipertensi Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular. Ketika pasien memiliki hipertensi dan diabetes, di mana hal ini banyak terjadi, maka risiko penyakit kardiovaskular nya akan meningkat 2 kali lipat. Kolesterol tinggi dan trigliserida tinggi. Pasien dengan diabetes cenderung memiliki level kolesterol jahat (LDL) yang tinggi, kolesterol baik (HDL) rendah, dan trigliserida tinggi yang meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Faktor risiko lain yang juga meningkatkan risiko penyakit jantung koroner adalah
Merokok. Obesitas. Kurang aktivitas fisik/olahraga. Konsumsi alkohol berlebih. Menopause pada wanita. Riwayat keluarga.
Karena diabetes termasuk risiko penyakit jantung, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan jantung dan faktor risikonya secara berkala. Ada beberapa rekomendasi pemeriksaan:
Pengecekan tekanan darah, gula darah, dan kolesterol secara berkala. Elektrokardiogram (EKG). Treadmill Test. CT (Computerized Tomography) Scan Jantung. Angiografi koroner.
Orang dengan diabetes yang dikombinasikan dengan satu atau lebih faktor risiko lain berisiko lebih besar terkena penyakit jantung. Namun, dengan mengelola faktor risiko dan rutin melakukan medical check up, penderita diabetes dapat mencegah terjadinya penyakit jantung koroner.
Mengapa diabetes dapat menyebabkan gagal jantung?
1. Aterosklerosis – Hormon insulin memiliki berbagai dampak pada jaringan tubuh. Dampak tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk obesitas dan akumulasi lemak pada bagian perut atau abdomen. Ketika diabetes tipe 2 terjadi, tubuh menjadi tidak peka terhadap hormon insulin yang diproduksi, sehingga menyebabkan terjadinya resistensi insulin.
Mengapa penderita diabetes diprediksi memiliki risiko dua kali lipat terkena penyakit jantung koroner?
Mengenal Jantung Koroner Mengenal Jantung Koroner Berdasarkan data WHO, penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit tidak menular penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada tahun 2015 saja, tercatat lebih dari 7 juta orang meninggal karena PJK.
- Sedangkan di Indonesia sendiri, lebih dari 2 juta orang terkena PJK di tahun 2013.
- Dari jumlah tersebut, PJK lebih sering terjadi pada rentang usia 45-54 tahun.
- Salah satu penyakit kardiovaskular yang menyebabkan banyak kematian ialah penyakit jantung koroner.
- Penyakit jantung koroner (PJK) adalah kondisi ketika pembuluh darah jantung (arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak.
Bila lemak makin menumpuk, maka arteri akan makin menyempit, dan membuat aliran darah ke jantung berkurang. Karena menyempit, aliran darah pembawa oksigen dan zat makanan jadi terganggu. Itu bisa menyebabkan kematian mendadak, gangguan irama jantung, ataupun gagal jantung.
- Gaya hidup tak sehat, seperti banyak mengonsumsi makanan berlemak, merokok, minum alkohol, diabetes melitus, kegemukan, kurang berolahraga, dan stres, bisa menyebabkan timbunan plak.
- Berkurangnya aliran darah ke jantung akan memicu gejala PJK, seperti angina pectoris (angin duduk) dan sesak napas.
- Bila kondisi tersebut tidak segera ditangani, arteri akan tersumbat sepenuhnya, dan memicu serangan jantung.
Penyakit jantung koroner terjadi ketika pembuluh darah jantung atau arteri koroner mengalami penyumbatan akibat plak yang terbentuk dari timbunan lemak atau substansi lain, seperti kalsium dan fibrin. Kondisi ini dikenal dengan ateroskelosis. Plak dapat terbentuk di dinding arteri, bahkan sejak seseorang masih muda.
- Namun, semakin bertambahnya usia, risiko pembentukan plak akan semakin tinggi.
- Jika tidak diobati, keberadaan plak dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan mengganggu suplai darah yang kaya akan oksigen ke jantung.
- Plak juga dapat menyumbat sebagian besar hingga seluruh aliran darah pada pembuluh arteri.
Bila penyumbatan aliran darah terjadi pada arteri koroner, dapat terjadi serangan jantung.
- Hal-Hal yang Meningkatkan Risiko Terjadinya Penyakit Jantung Koroner
- Sejauh ini, penyebab pasti terbentuknya plak pada pembuluh arteri masih belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa hal berikut ini bisa memperbesar risiko terjadinya aterosklerosis:
- 1. Kebiasaan merokok
Merokok adalah salah satu faktor yang paling berperan dalam meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Setidaknya lebih dari 30% orang yang mengalami serangan jantung adalah seorang perokok aktif.Kandungan nikotin dan karbon monoksida dalam rokok membuat jantung bekerja lebih berat dari biasanya.
Kedua zat tersebut juga dapat meningkatkan risiko terbentuknya gumpalan darah di arteri. Celakanya, bahan-bahan kimia lain dalam rokok juga bisa merusak lapisan arteri koroner, sehingga kian memperbesar risiko terjadinya penyakit jantung koroner.2. Kolesterol Kolesterol yang terlalu banyak mengalir dalam darah dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.
Jenis kolesterol yang membuat risiko penyakit jantung koroner meningkat adalah low-density lipoprotein (LDL) atau yang biasa disebut kolesterol jahat. Kolesterol inilah yang memiliki kecenderungan untuk menempel dan menumpuk di arteri koroner.3. Diabetes Penderita diabetes diprediksi memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner.
Hal ini diduga karena penderita penyakit ini memiliki lapisan dinding pembuluh darah yang lebih tebal. Tebalnya dinding arteri koroner bisa mengganggu kelancaran aliran darah ke jantung.4. Penggumpalan darah Penggumpalan darah atau trombosis yang terjadi pada arteri koroner akan menghambat suplai darah menuju jantung.
Proses terjadinya penggumpalan darah ini berhubungan erat dengan faktor lain, seperti proses peradangan, kadar kolesterol tinggi, gula darah yang tidak terkontrol, dan stres.5. Tekanan darah tinggi Tekanan darah tinggi juga bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner.
- Cara Mencegah Penyakit Jantung Koroner
- Untuk meminimalkan risiko terkena penyakit jantung koroner, ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan, di antaranya:
- 1.Berolahraga secara rutin
- 2.Menerapkan pola makan sehat dan gizi seimbang dengan memperbanyak asupan buah dan sayur serta mengurangi konsumsi makanan yang mengandung kolesterol dan garam berlebih
- 3.Berhenti merokok
- 4.Menurunkan berat badan jika berlebihan
- 5.Membatasi konsumsi alkohol
- 6.Mengontrol tekanan darah
- 7.Mengelola stres, baik dengan terapi relaksasi atau meditasi
- 8.Beristirahat yang cukup
Bahaya penyakit jantung koroner dapat memengaruhi kualitas hidup Anda, bahkan dapat menyebabkan kematian mendadak akibat serangan jantung. Oleh karena itu, periksakan diri secara rutin ke dokter jika Anda berisiko tinggi terkena penyakit ini.
- Dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter bila sudah mengalami gejala penyakit jantung koroner, seperti nyeri dada yang muncul saat melakukan aktivitas berat atau stres, sesak napas, keringat dingin, dan nyeri dada yang menjalar hingga ke lengan dan leher.
- Gejala penyakit jantung koroner
- Setiap orang bisa mengalami penyakit jantung koroner, sehingga mengetahui gejala penyakit ini sangat penting untuk mendeteksi sedini mungkin. Berikut gejala yang harus Anda waspadai:
- 1. Nyeri dada atau dada seperti tertindih
Nyeri dada menjadi salah satu gejala yang paling umum terjadi pada penyakit jantung. Biasanya kondisi ini disebabkan oleh kurangnya asupan darah kaya oksigen ke otot jantung sehingga dada terasa berat atau seperti tertindih. Rasa nyeri pada dada biasanya terjadi dan sangat terasa ketika Anda sedang melakukan aktivitas, misalnya saat berolahraga serta saat Anda sedang mengalami stres emosional.2.
Sesak napas Jantung yang tidak berfungsi dengan baik, yakni memompa darah menuju paru-paru yang mengakibatkan Anda sulit bernapas. Tidak hanya itu, banyaknya cairan yang terdapat pada paru-paru akan membuat kondisi ini semakin parah, terlebih bila terjadi bersamaan dengan nyeri dada.3. Rasa mudah lelah Mudah lelah merupakan efek yang ditimbulkan dari fungsi jantung yang tidak normal.
Biasanya mudah lelah disertai dengan pusing terjadi akibat sirkulasi darah yang terganggu.4. Keringat dingin, mual, dan muntah Saat pembuluh darah menyempit, secara tidak langsung otot-otot pada jantung akan kekurangan oksigen sehingga menyebabkan iskemia.
Iskemia sendiri merupakan kondisi yang memicu terjadinya keringat secara berlebih serta mual dan muntah.5. Jantung berdebar atau palpitasi Jantung berdebar (palpitasi) adalah kondisi ketika Anda merasakan degup jantung yang sangat kuat, tidak seperti biasanya. kondisi umum yang bisa terjadi pada siapa saja, bahkan di usia berapa pun.
Namun, paling sering menyerang orang yang mudah stres atau cemas dan yang memiliki penyakit jantung. Kapan Harus Memeriksakan Diri ke Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah? Penyakit jantung merupakan penyakit mematikan. Oleh karenanya, Anda disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter spesialis jantung jika mengalami beberapa gejala berikut:
- Nyeri dada yang menjalar hingga ke punggung, dagu, tenggorokan, atau lengan.
- Sesak napas.
- Detak jantung tidak beraturan.
- Mual.
- Pusing dan lemas.
- Berkeringat.
- Cepat lelah atau muncul keluhan sesak atau nyeri dada setelah melakukan aktivitas fisik, misalnya setelah naik tangga atau berolahraga.
Jika merasakan gejala-gejala di atas, segeralah mengunjungi dokter spesialis jantung. Jika tidak segera ditangani, serangan jantung berisiko tinggi menimbulkan kematian. Anda juga disarankan memeriksakan diri jika memiliki faktor risiko, seperti obesitas dan diabetes. Penanganan segera dapat mengurangi kerusakan yang lebih parah terhadap jantung. : Mengenal Jantung Koroner
Apakah diabetes bisa menyebabkan jantung bengkak?
Penyakit Jantung dan Diabetes – Penyakit jantung dan diabetes berhubungan sangat erat. Penderita diabetes beresiko terserang penyakit jantung sebesar 2-5x lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes. Penelitian menyebutkan bahwa diabetes dianggap “coronary risk equivalent” yang berarti bahwa seorang penderita diabetes tanpa riwayat penyakit jantung koroner memiliki resiko yang sama dengan penderita jantung koroner yang tidak menderita diabetes.
Hal tersebut menunjukkan bahwa penderita diabetes harus mendapat perlakuan terapi yang sama dengan penderita jantung koroner. Akan tetapi penyakit jantung pada penyakit diabetes tidak hanya disebabkan oleh penyakit jantung koroner saja. Diabetes juga dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otot jantung yang dikenal dengan “Diabetic Cardiomyopathy”.
Jadi, gagal jantung pada penyakit diabetes dapat sebabkan oleh 2 penyebab.1. Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung disebabkan oleh adanya gangguan pembuluh darah jantung. Gangguan tersebut menyebabkan aliran darah ke otot jantung tersumbat sehingga terjadi kematian sel otot jantung dan jantung tidak mampu bekerja dengan baik.2.
Diabetic Cardiomyopathy atau Penyakit Gagal Jantung Diabetic cardiomyopathy adalah suatu kondisi dimana terjadinya gangguan fungsi otot jantung tanpa adanya penyumbatan pembuluh darah koroner jantung dan gangguan katup jantung pada penderita diabetes. Gangguan tersebut menyebabkan otot jantung menjadi melebar dan membengkak sehingga berkurang fungsinya dan gagal untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Tanya Dokter: Diabetes Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung?
Penyakit jantung pada diabetes berkembang secara lambat dan perlahan sehingga seringkali baru terdeteksi saat kondisi telah mencapai derajat keparahan tertentu. Baca Juga: Mengenal Penyebab Gagal Jantung Sistolik dan Diastolik
Diabetes bisa menyebabkan penyakit apa?
Diabetes – Penyebab, Gejala, dan Pengobatan – Kabupaten Bogor Diabetes adalah kondisi di mana kandungan gula dalam darah melebihi normal dan cenderung tinggi. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit metabolisme yang mampu menyerang siapa saja. Diabetes mellitus (atau kencing manis) adalah kondisi kronis dan berlangsung seumur hidup yang mempengaruhi kemampuan tubuh dalam menggunakan energi yang dari makanan.
- Ada dua jenis utama dari penyakit ini: Tipe 1 dan Tipe 2.
- Sebanyak 350 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes.
- Pada tahun 2004, sekitar 3-4 juta orang meninggal karena kadar gula darah yang tinggi.
- Lebih dari 80% kematian akibat penyakit DM terjadi di negara dengan tingkat penghasilan menengah dan rendah.
WHO memperkirakan jumlah kematian akibat DM akan meningkat dua kali lipat selama periode 2005 – 2030. Penyebab Prinsip penyebab penyakit ini apapun jenisnya adalah terganggunya kemampuan tubuh untuk menggunakan glukosa ke dalam sel. Tubuh normal mampu memecah gula dan karbohidrat yang Anda makan menjadi gula khusus yang disebut glukosa.
Glukosa merupakan bahan bakar untuk sel-sel dalam tubuh. Untuk memasukkan glukosa ke dalam sel dibutuhkan insulin. Pada orang dengan DM, tubuh tidak memiliki insulin (DM Tipe 1) atau insulin yang ada kurang adekuat (DM Tipe 2). Karena sel-sel tidak dapat mengambil glukosa, glukosa itu menumpuk dalam aliran darah.
Tingginya kadar glukosa darah dapat merusak pembuluh darah kecil di ginjal, jantung, mata, dan sistem saraf. Oleh karena itu, diabetes yang tidak ditangani dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, kebutaan, dan kerusakan saraf di kaki.
Kelaparan dan kelelahan, Tubuh mengubah makanan menjadi glukosa yang digunakan untuk menghasilkan energi. Ketika insulin tidak optimal lagi atau tidak ada, maka tubuh akan merasa mudah lelah dan cepat lapar. Kencing lebih sering dan menjadi mudah haus, Rata-rata orang biasanya berkemih antara 4–7 kali dalam 24 jam, tapi orang-orang dengan penyakit ini mungkin menjadi lebih sering. Mengapa? Biasanya ginjal akan menyerap glukosa diikuti oleh penyerapan air. Tetapi pada penderita diabetes, kadar gula darah sudah meningkat sehingga tubuh tidak mungkin menyerap ulang glukosa. Akhirnya, air yang melewati ginjal menjadi lebih banyak. Mulut kering dan kulit gatal. Karena semakin sering berkemih, terjadi kekurangan air pada bagian tubuh lainnya. Anda bisa mengalami dehidrasi dan mulut terasa kering. Kulit kering dapat membuat Anda gatal. Penglihatan kabur, Perubahan tingkat cairan dalam tubuh bisa membuat lensa di mata membengkak sehingga lensa mata berubah bentuk dan kehilangan kemampuan untuk fokus.
Pada kondisi tertentu, terdapat gejala-gejala yang cenderung muncul setelah glukosa telah tinggi untuk waktu yang lama.
Infeksi jamur, Baik pria maupun wanita dengan diabetes bisa terkena ini. Jamur menyukai glukosa, sehingga orang diabetes membuat jamur mudah berkembang. Infeksi dapat tumbuh dalam area kulit yang hangat dan lembab sepeti lipatan kulit yaitu di anntara jari tangan dan kaki, di bawah payudara, di sekitar organ intim Penyembuhan luka yang lambat, Seiring waktu, gula darah tinggi dapat mempengaruhi aliran darah dan menyebabkan kerusakan saraf yang membuat tubuh Anda sulit untuk menyembuhkan luka. Nyeri atau mati rasa di kaki. Penurunan berat badan. Jika tubuh tidak bisa mendapatkan energi dari Anda, sel akan mulai membakar otot dan lemak untuk mendapatkan sumber energi lainnya sebagai gantinya. Pasien akan kehilangan berat badan meskipun tidak berolahraga maupun tidak mengurangi makan. Mual dan muntah. Ketika tubuh membakar sumber energi lain selain glukossa, hasil pembakaran itu berupa “keton.” Darah dapat jatuh dalam kondisi pH asam, kondisi mungkin mengancam jiwa yang disebut ketoasidosis diabetikum, Keton dapat menyebabkan sakit perut, mual, dan muntah.
Pengobatan Diabetes Tipe 1 dan 2 Diabetes tipe 1 Diabetes tipe 1 juga disebut diabetes insulin-dependent, Dulu disebut juga dengan diabetes onset-anak, karena sering dimulai pada masa kanak-kanak. Namun seiring berjalannya waktu, banyak penelitian menunjukkan bahwa tipe ini bisa muncul juga pada orang dewasa.
Diabetes tipe 1 adalah kondisi autoimun. Ini disebabkan pankreas diserang dengan antibodi tubuh pasien sendiri. Pada penderita tipe ini, pankreas yang rusak tidak membuat insulin. Diabetes tipe ini dapat disebabkan oleh kecenderungan genetik. Sejumlah risiko medis yang berhubungan dengan diabetes tipe 1 Banyak dari mereka berasal dari kerusakan pembuluh darah kecil di mata Anda (disebut retinopati diabetik), saraf (neuropati diabetes), dan ginjal (nefropati diabetik).
Bahkan risiko yang lebih serius adalah meningkatnya risiko penyakit jantung dan stroke. Pengobatan untuk tipe 1 ini adalah dengan pemberian insulin, dengan cara disuntikkan melalui kulit ke dalam jaringan lemak (biasasnya di jaringan lemak perut). Diabetes Tipe 2 Sejauh ini, bentuk paling banyak dari penyakit ini adalah diabetes tipe 2.95% kasus ditemukan pada orang dewasa.
- Tipe 2 ini dulu disebut dengan diabetes onset dewasa, tapi dengan epidemi banyaknya kasus obesitas pada anak-anak, banyak remaja baru yang juga mengalami tipe ini.
- Diabetes tipe 2 juga disebut non-insulin dependent diabetes.
- Diabetes tipe 2 biasanya lebih ringan daripada tipe 1 karena pankreas sebenarnya mampu menghasilkan insulin, namun karena gaya hidup dan makanan yang tidak terjaga, pankreas mengalami “kelelahan”.
Pankreas mampu menghasilkan sejumlah insulin. Tapi jumlah yang dihasilkan tidak cukup untuk kebutuhan tubuh atau sel-sel tubuh lainnya menjadi “kebal” terhadap insulin sehingga menjadi sel resisten insulin. Resistensi insulin, atau kurangnya sensitivitas terhadap insulin, kebanyakan terjadi pada sel lemak, hati, dan sel-sel otot.
Sama seperti tipe 1, tipe 2 mampu menyebabkan komplikasi kesehatan, terutama di pembuluh darah terkecil dalam tubuh seperti ginjal, saraf, dan mata. Diabetes tipe 2 juga meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Orang yang mengalami obesitas – dengan berat badan lebih dari 20% dari berat badan ideal – beresiko sangat tinggi untuk terkena tipe ini.
Orang gemuk cenderung memiliki resistensi insulin. Dengan resistensi insulin, pankreas harus bekerja terlalu keras untuk menghasilkan lebih banyak insulin. Tapi meskipun begitu, tidak ada cukup insulin untuk menjaga gula normal. Tidak ada obat untuk penyakit ini.
- Pada awalnya, diabetes tipe 2 dapat dikendalikan dengan manajemen berat badan, nutrisi, dan olahraga.
- Biasanya, tipe ini berkembang lebih pesat pada akhirnya, sehingga obat antidiabetes sering dibutuhkan.
- Tes A1C adalah tes darah yang memperkirakan kadar glukosa rata dalam darah Anda selama tiga bulan sebelumnya.
Pengujian A1C periodik mungkin disarankan untuk melihat seberapa baik diet, olahraga, dan obat-obatan bekerja untuk mengontrol gula darah dan hasilnya dilihat untuk mencegah kerusakan organ. Tes A1C biasanya dilakukan beberapa kali dalam setahun. Hubungi dokter jika:
Merasa sakit perut yang sangat hebat, lemah, dan sangat haus Ketika kencing sangat sering dan banyak Bernapas lebih dalam dan lebih cepat dari biasanya (nafas Kusmaull, salah satu penanda kegawatan pada diabetes) Memiliki napas yang berbau manis seperti cat kuku. (Ini adalah tanda dari kadar keton yang sangat tinggi
(dr. Ursula Penny) http://doktersehat.com/diabetes/ : Diabetes – Penyebab, Gejala, dan Pengobatan – Kabupaten Bogor
Kenapa diabetes dapat menyebabkan komplikasi?
Salah satu penyebab komplikasi diabetes melitus adalah peningkatan atau penurunan kadar gula darah secara drastis. Kondisi ini dapat mengancam nyawa apabila tidak mendapatkan penanganan segera.
Mengapa peredaran darah pada penderita diabetes tidak dapat berjalan dengan baik?
Penyebab Kaki Diabetes – Gula darah yang tinggi dapat menyebabkan lemak menempel di dalam pembuluh darah kaki. Alhasil, pembuluh darah menjadi menyempit dan peredaran darah di sekitarnya menjadi tidak lancar. Selain itu, kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan saraf-saraf, sehingga akan muncul gejala baal atau mati rasa.
- Hal inilah yang sering kali membuat penderita tidak sadar bahwa ada luka pada kaki mereka.
- Akibatnya, luka menjadi semakin parah karena tidak dirawat.
- Artikel Lainnya: 5 Masalah Kaki yang Kerap Dialami Penderita Diabetes Lebih lanjut, pada penderita diabetes yang tidak terkontrol, aliran darah di kaki tidak berjalan dengan lancar karena pembuluh darah mereka sudah rusak.
Pembuluh darah ini tidak mampu mengalirkan darah yang mengandung oksigen dan nutrisi. Padahal, ini diperlukan untuk memulihkan kerusakan jaringan pada bagian tubuh yang terluka. Jadi tak heran bila luka di kaki akan sulit sembuh. Apabila aliran darah semakin tidak lancar, luka yang berada di area kaki akan menjadi terbuka dan bernanah (borok).
Apakah orang yang terkena penyakit jantung bisa sembuh?
Cara Mengendalikan Gejala Penyakit Jantung – Sebagian besar penyakit jantung tak dapat disembuhkan secara total. Jika otot jantung sudah telanjur rusak, misalnya, kemungkinan terjadinya regenerasi sel untuk memulihkan kondisi otot itu sangat kecil. Tapi ada langkah pengendalian yang bermanfaat untuk mencegah gejala penyakit jantung muncul dan kian parah.
- Langkah utama untuk mengendalikan penyakit jantung adalah menjalani perawatan di rumah sakit jantung.
- Dalam perawatan ini, dokter akan memeriksa kondisi jantung dan melakukan tindakan untuk memperbaiki masalah yang terjadi.
- Sebagai contoh, bagi pasien jantung koroner, dokter bisa melakukan pemasangan ring jantung untuk membuka pembuluh darah yang menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah kembali lancar.
Dengan begitu, gejala jantung koroner seperti nyeri dada hingga serangan jantung bisa dikurangi. Cara lainnya adalah menggunakan obat-obatan sesuai dengan gangguan yang dialami. Dari pemeriksaan dan tindakan di rumah sakit jantung, dokter akan memberikan obat-obatan untuk mengendalikan faktor risiko, seperti obat penurun tekanan darah, penyeimbang kolesterol, pencegah bekuan darah, atau pelebar pembuluh darah.
Apa saja yang dapat memicu penyakit jantung koroner?
Pemicu utamanya yaitu gaya hidup, rokok, manajemen stress yang buruk, dan pola makan yang tidak sehat. Kondisi ini terjadi akibat adanya penyempitan atau penyumbatan di dinding nadi koroner karena adanya endapan lemak dan kolesterol sehingga mengakibatkan suplai darah ke jantung menjadi terganggu.
Berapa tensi orang diabetes?
Normal (tidak menderita diabetes ): di bawah 140 mg/dL. Prediabetes: 140-199 mg/dL. Diabetes : 200 mg/dL atau lebih.
Apa bedanya gula darah tinggi dan diabetes?
Mencegah Prediabetes Berkembang Menjadi Diabetes – Gejala utama dari penyakit diabetes adalah naiknya kadar gula dalam darah. Namun perlu diketahui, melonjaknya kadar gula darah tidak selalu berarti bahwa seseorang mengidap penyakit ini. Dalam keadaan normal, kadar gula darah puasa orang dewasa adalah kurang dari 100 mg/dl.
Pada prediabetes, kadar gula darah puasa mengalami kenaikan dan bisa mencapai 100–125 mg/dl. Jika kadar gula darah puasa sudah lebih dari 125 mg/dl, maka seseorang sudah dikatakan mengidap penyakit diabetes. Prediabetes terjadi saat glukosa yang berasal dari makanan, mulai menumpuk dalam aliran darah.
Sayangnya, tubuh tidak bisa mengolah glukosa makanan tersebut, sehingga terjadi penumpukan. Seharusnya, tubuh mengolah glukosa menjadi energi dengan bantuan hormon insulin yang dihasilkan pankreas. Meski masih tahap awal, prediabetes tidak boleh diabaikan begitu saja.
- Penanganan segera bisa mencegah kondisi ini berkembang menjadi penyakit diabetes.
- Prediabetes tidak menyebabkan kenaikan kadar gula yang cukup tinggi untuk dikatakan sebagai diabetes.
- Namun, jika kondisi ini diabaikan begitu saja, bisa menyebabkan kondisi ini berkembang menjadi diabetes tipe 2.
- Penyakit diabetes bersifat kronis dan tidak bisa diobati.
Orang yang mengidap penyakit diabetes harus selalu mendapat pengobatan dan wajib memantau kadar gula darah agar selalu stabil dan tidak berlebih. Selain pada kadar gula darah, prediabetes dan penyakit diabetes juga memiliki gejala yang khas. Prediabetes umumnya tidak menunjukkan gejala tertentu, tetapi secara umum kondisi ini bisa memicu gejala berupa mudah lelah, sering merasa haus dan lapar, gangguan penglihatan, buang air kecil, serta berat badan menurun secara drastis.
- Abar buruknya, banyak orang yang sering tidak menyadari bahwa ia mengidap prediabetes, bahkan hingga berkembang menjadi diabetes.
- Hal ini terjadi karena gejala penyakit yang muncul tidak spesifik dan sering diabaikan.
- Ada beberapa gejala yang bisa menjadi tanda bahwa seseorang sudah mengalami penyakit diabetes, seperti mulut kering, rasa terbakar dan nyeri di kaki, gatal-gatal, perubahan mood atau suasana hati, hingga mudah tersinggung.
Penyakit ini juga memicu gejala hipoglikemia reaktif dan munculnya bercak-bercak hitam di sekitar leher, ketiak, dan bagian tubuh lain. Masih penasaran dan butuh informasi seputar prediabetes dan komplikasi apa saja yang bisa terjadi? Tanya dokter di aplikasi Halodoc saja! Kamu bisa dengan mudah menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat kapan dan di mana saja,
Adakah hubungan penyakit hipertensi dengan diabetes?
Hipertensi dan Diabetes mellitus ( DM ) merupakan salah satu faktor penyebab DVa. Hipertensi memberikan kontribusi untuk penyakit pembuluh otak kecil dan besar yang mengakibatkan kerusakan otak dan DVa.