Mengapa Penyakit Diabetes Melitus Dapat Menimpa Pada Seseorang?

Mengapa Penyakit Diabetes Melitus Dapat Menimpa Pada Seseorang
Diabetes melitus tipe 1 terjadi karena penyakit autoimun yang menyebabkan pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Sementara itu, diabetes melitus tipe 2 muncul sebagai efek dari pola makan tidak sehat karena tidak bisa mengontrol asupan gula yang masuk dalam tubuh.

Apakah berat badan seseorang dapat mempengaruhi seseorang tersebut terserang penyakit diabetes melitus?

KOMPAS.com – Memiliki tubuh gemuk atau bahkan obesitas bukan hanya dapat menghambat seseorang dalam melakukan aktivitas harian. Berat badan berlebih juga bisa meningkatkan risiko seseorang menderita berbagai penyakit kronis, termasuk diabetes. Melansir Medical News Today, faktanya, obesitas diyakini dapat menyumbang 80-85 persen risiko terkena diabetes tipe 2 pada seseorang.

Mengapa pada penderita penyakit diabetes melitus Kebanyakan pasien memiliki tubuh yang relatif kurus?

PENURUNAN BERAT BADAN KARENA DIABETES – Ketika tubuh tidak mendapatkan glukosa dan energi dari makanan, maka tubuh memecah otot dan lemak Ketika jaringan untuk mendapatkan energi. Hal ini merupakan penyebab penderita diabetes sering kali mengalami penurunan berat badan secara drastis.

  1. Perubahan berat badan dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti asupan kalori, tingkat aktifitas, kondisi kesehatan secara keseluruhan, usia, kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi, dan faktor ekonomi serta sosial.
  2. Penurunan berat badan yang signifikan tanpa sebab yang jelas kemungkinan merupakan tanda terjadinya gangguan medis yang mendasari.

Penurunan berat badan lebih dari 5% dalam kurun waktu enambulan sampai satu tahun pada orang dewasa dan lanjut usia memerlukan evaluasi medis oleh dokter. Salah satu masalah kesehatan yang mempengaruhi penurunan berat badan secara signifikan dan sebab yang jelas adalah gejala dari terjadinya diabetes mellitus.

Diabetes merupakan penyakit yang mempengaruhi metabolisme gula darah dalam tubuh. Glukosa merupakan sumber utama energi untuk sel-sel yang membentuk otot dan jaringan. Glukosa juga merupakan sumber utama nutrisi bagi otak. Kadar glukosa yang tinggi didalam tubuh disebabkan oleh glukosa yang tidak dapat masuk kedalam sel-sel tubuh.

Kondisi ini terjadi karena tubuh kekurangan hormon insulin atau terganggunya fungsi hormon insulin. Hormon insulin memiliki fungsi membantu glukosa masuk kedalam sel-sel tubuh sehingga kadar glukosa dalam darah dapat terkontrol dalam rentang normal. Diabetes memiliki beberapa tanda dan gejala seperti :

  • Peningkatan rasa haus Peningkatan rasa haus dapat terjadi meskipun sudah mengkonsumsi banyak cairan. Hal ini dikarenakan jaringan pada tubuh mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan ketika kadar glukosa tinggi dalam darah. Tingginya kadar glukosa dalam darah menyebabkan tubuh menarik cairan dari jaringan untuk mengencerkan darah dan menurunkan kadar glukosa dalam darah. Kondisi ini menyebabkan tubuh memberi sinyal bahwa tubuh sedang membutuhkan banyak cairan (peningkatan rasa haus). Hal ini juga yang dpaat meningkatkan terjadinya frekusensi buang air kecil.
  • Peningkatan frekuensi buang air kecil Hal ini berkaitan dengan terjadinya peningkatan rasa haus. Karena mengkonsumsi cairan berlebihan sehingga harus buang air kecil lebih sering. Selain itu, buang air kecil merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan kelebihan glukosa pada darah.
  • Mudah mengalami lapar Orang yang memiliki diabetes mellitus sering mengalami lapar. Hal ini terjadi karena jaringan pada tubuh tidak mendapatkan asupan energi dari makanan dan fungsi insulin untuk membantu glukosa masuk kedalam sel-sel tubuh terganggu. Oleh karena itu, jaringan mengirimkan pesan “lapar” agar mendapatkan lebih banyak glukosa dan energi.
  • Kehilangan berat badan secara drastis Ketika sel-sel tubuh tidak mendapatkan glukosa dan energi dari makanan, maka tubuh memecah otot dan lemak Ketika jaringan untuk mendapatkan energi. Hal ini merupakan penyebab terjadinya tubuh kehilangan berat badan.
  • Mudah mengalami kelelahan Hal ini terjadi karena tubuh tidak mendapatkan energi dari makanan yang dikonsumsi oleh tubuh sehingga menyebabkan tubuh mudah mengalami kelelahan.

Penanganan tanda dan gejala diabetes mellitus : Mengontrol kadar glukosa dalam darah merupakan kunci untuk mengatasi atau mengurangi tanda dan gejala diabetes mellitus. Perubahan pola hidup dapat dilakukan selain dengan mengkonsumsi obat yang diresepkan dokter secara teratur.

  • Mengkonsumsi makanan sehat, seperti memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan, meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung tinggi nutrisi dan serat, serta rendah lemak dan kalori.
  • Meningkatkan aktifitas fisik seperti berolahraga minimal 30 menit setiap hari. Olahraga dapat membantu menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan membantu glukosa masuk kedalam sel-sel tubuh. olahraga juga meningkatkan kembali fungsi insulin.
See also:  Apa Obat Gatal-Gatal Karena Diabetes?

Sudahkah Anda hidup sehat hari ini? Jika Sahabat Viva memiliki pertanyaan lebih lanjut, silahkan kirimkan melalui:

  1. Layanan Tanya Jawab Kesehatan melalui SMS Hotline atau Whatsapp di nomor 0812 919 08500
  2. Konsultasi Online pada hari Senin-Jumat pukul 08.00-17.00 WIB

Pertanyaan anda akan dijawab langsung oleh tenaga kesehatan kami. Kunjungi juga akun Instagram @vivahealthindonesia, Fanpage VivaHealthIndonesia dan [email protected] untuk melihat jadwal kegiatan Apotek Viva di kota Anda dan info kesehatan lainnya. Sumber :

  1. Mayo Clinic. (2014, 26 Agustus). Unexplained Weight Loss. Diperoleh 07 Maret 2017 dari : http://www.mayoclinic.org/symptoms/unexplained-weight-loss/basics/definition/sym-20050700
  2. Endocrineweb. (2016, 26 Juli). Type 2 Diabetes Symptoms. Diperoleh dari 07 Maret 2016 dari : https://www.endocrineweb.com/conditions/type-2-diabetes/type-2-diabetes-symptoms
  3. Mayo Clinic. (2014, 31 Juli). Diabetes. Diperoleh 07 Maret 2017 dari : http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/diabetes/basics/treatment/con-20033091

Mengapa kelebihan berat badan menempatkan seseorang berisiko menjadi diabetes?

Senin, 28 Sep 2020 09:35 WIB Ilustrasi. Orang bertubuh gemuk atau kelebihan berat badan berisiko tinggi mengalami obesitas. (Istockphoto/MediaProduction) Jakarta, CNN Indonesia – Orang bertubuh gemuk atau kelebihan berat badan berisiko tinggi mengalami diabetes, khususnya diabetes tipe-2.

  • Diabetes merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah.
  • Meningkatnya prevalensi obesitas telah menarik perhatian banyak orang.
  • Di Amerika Serikat, misalnya, sekitar dua pertiga populasi orang dewasa mengalami kelebihan berat badan.
  • Tren yang sama juga terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Riskesdas 2018 mencatat prevalensi obesitas sebesar 21,8 persen. Angka ini terus meningkat dari 14,8 persen pada 2013 dan 10,5 persen pada 2007. Obesitas sendiri diketahui dapat memicu beberapa penyakit kronis. Salah satu yang paling umum adalah diabetes.

Pada awal abad ini, 171 juta orang di dunia diperkirakan mengidap diabetes tipe-2. Angka tersebut diprediksi meningkat menjadi 360 juta pada 2030 mendatang, seiring dengan meningkatkan prevalensi obesitas di seluruh dunia. Resistensi insulin menjadi salah satu faktor risiko paling utama dalam perkembangan diabetes.

Resistensi insulin merupakan kondisi ketika sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan gula darah dengan baik karena terganggunya respons sel tubuh terhadap insulin. Sejak lama, ilmuwan telah mengetahui bahwa obesitas memainkan peran kunci dalam perkembangan diabetes tipe-2.

Menukil artikel “Mechanism Linking Diabetes Mellitus and Obesity” dalam laman NCBI, jumlah asam lemak nonesterifikasi, gliserol, sitokin, penanda proinflamasi dan zat-zat lain yang terlibat dalam perkembangan resistensi insulin pada orang dengan kelebihan berat badan mengalami peningkatan. Resistensi insulin diketahui dapat membuat tubuh tak dapat mengubah glukosa menjadi energi.

Siapa pun yang kelebihan berat badan dipastikan memiliki resistensi insulin. Sejumlah peneliti dari Harvard University juga pernah melakukan penelitian untuk mencari tahu hubungan antara obesitas dan diabetes. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Science ini menemukan, obesitas menyebabkan stres dalam sistem membran sel yang disebut retikulum endoplasma.

  • Ondisi tersebut dapat menekan sinyal reseptor insulin yang menyebabkan resistensi.
  • Retikulum endoplasma adalah mesin dari sel yang bertanggung jawab untuk memproduksi protein dan lemak,” ujar penulis studi Gokhan Hitamisligil, mengutip Medicinenet.
  • Dengan kelebihan berat badan, nutrisi yang masuk ke dalam tubuh terlalu banyak.

Nutrisi tersebut perlu diproses, disimpan, dan digunakan. Dalam kondisi sedemikian rupa, ER bekerja terlalu keras dan mengirimkan sinyal ‘gawat darurat’. Sinyal gawat darurat itu memberi tahu sel untuk meredam reseptor insulin. “Dalam kasus obesitas, hal tersebut memicu penyakit kronis jangka panjang,” ujar Hotamisligil.

Selain itu, stres pada ER juga memicu peradangan pada sel-sel tubuh lainnya. Dengan itu, Hotamisligil tak heran jika diabetes juga berperan dalam penyakit kardiovaskular akibat peradangan yang dipicu oleh ER. Beberapa alasan lain juga diketahui berpengaruh terhadap peningkatan risiko diabetes pada orang dengan kelebihan berat badan.

Mengutip laman Diabetes, beberapa studi menunjukkan bahwa lemak perut dapat menyebabkan sel tubuh melepaskan bahan kimia pro-inflamasi yang dapat membuat tubuh kurang sensitif terhadap insulin. Selain itu, obesitas juga memicu perubahan metabolisme tubuh.

See also:  When To Test For Gestational Diabetes?

Jelaskan apa yang dimaksud dengan diabetes melitus?

Mengenal Diabetes Mellitus

Apakah itu DIABETES MELLITUS (DM) ?

Diabetes mellitus atau yang dikenal dengan kencing manis/penyakit gula merupakan penyakit dimana kadar gula dalam darah cukup tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin sehingga gula didalam darah tidak dapat dimetabolisme.

  1. Apa Saja Tanda dan Gejala DM ?
    1. Sering kencing
    2. Rasa haus berlebihan
    3. Rasa lapar berlebihan
    4. Pandangan kabur
    5. Mudah Lelah
    6. Kadar gula darah tinggi
    7. luka lambat sembuh
    8. Berat badan turun drastis.

Apa saja Faktor Resiko DM ?

  • penyakit diabetes mellitus adalah penyakit degeneratif (penyakit tidak menular) yang tidak memiliki penyebab, namun memiliki faktor resiko.
  • a. faktor keturunan (genetik)
  • anak yang memiliki orang tua dengan riwayat penyakit Diabetes akan 3x lebih beresiko untuk terkena penyakit Diabetes.
  • b. Usia Lebih dari 40 tahun
  • seseorang dengan usia lebih dari 40 tahun akan lebih beresiko terkena penyakit diabetes mellitus terutama DM tipe 2.
  • c. Obesitas (kegemukan)

Kegemukan merupakan factor resiko Diabetes yang cukup besar. Mayoritas pasien diabetes mellitus tipe 2 berawal dari kegemukan.d. gaya hidup yang kurang sehat gaya hidup yang buruk merupakan salah satu factor resiko penyakit DM yang perlu diwaspadai. Kebanyakan orang lebih memilih makanan yang rasanya enak dibandingkan dengan makanan sehat.

Padahal, makanan dengan rasa yang enak belum tentu menyehatkan tubuh, dan kebanyakan makanan enak tersebut malah memperburuk kondisi tubuh jika dikonsumsi terus menerus.e. kurang beraktivitas dan kurang olahraga Olahraga merupakan salah satu pilar utama pengelolaan DM bersamaan dengan diet, obat, dan edukasi.

Berolahraga dapat membantu memperbaiki metabolisme glukosa dan lemak karena sel lebih sensitif terhadap insulin, di samping menurunkan dosis obat suntikan insulin. Olahraga dapat menunda kemunculan DM, membantu pengelolaan DM, dan mengurangi komplikasi DM f.

  1. Kerusakan jantung (pembuluh darah jantung)
  2. Kerusakan syaraf (neuropati) terutama didaerah perifer.
  3. Katarak dan kebutaan(retinopati)
  4. Kerusakan ginjal (Nefropati)
  5. Disfungsi seksual (Impotensi)
  6. Kerusakan pembuluh darah kaki
  7. Kematian jaringan.

Pencegahan Diabetes Mellitus Lakukan pengecekan gula darah secara rutin minimal 1 bulan sekali. Hal ini penting untuk mendeteksi kondisi diabetes secara teratur sehingga meminimalisir terjadinya komplikasi.

Konsumsi Makanan yang sehat dan jaga pola makan yang baik

Jangan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula, lemak/minyak dan garam dalam jumlah yang berlebihan.

  1. Menjaga Berat badan Ideal
  2. Olahraga secara teratur

Berolahraga selama 150 menit/ minggu dengan latihan aerobic sedang atau selama 90 menit / minggu dengan gerakan aerobic berat. Latihan dapat dibagi menjadi 3-4x seminggu. Kriteria Diabetes Mellitus Seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus apabila :

  1. Menunjukkan gejala DM + kadar gula darah sewaktu > 200gr/dl
  2. Menunjukkan gejala DM + kadar gula darah puasa > 126 gr/dl
  3. Kadar gula darah 2 jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) lebih dari 200 gr/dl

: Mengenal Diabetes Mellitus

Mengapa seringkali terjadi bahwa penderita diabetes melitus pada akhirnya juga bisa menderita kebutaan stroke atau penyakit lainnya?

Halodoc, Jakarta – Pengidap diabetes rentan mengalami stroke, karena mereka memiliki terlalu banyak gula dalam darahnya, sehingga dapat merusak pembuluh darah. Kandungan gula berlebih dalam darah dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku dan penumpukan timbunan lemak.

Pada penderita diabetes melitus sering terjadi komplikasi yang akan meningkatkan morbiditas Apakah komplikasi tersebut?

5. Penyakit kardiovaskular – Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah di seluruh tubuh, termasuk jantung. Komplikasi diabetes melitus yang menyerang jantung dan pembuluh darah, meliputi penyakit jantung, stroke, serangan jantung, dan penyempitan arteri ( aterosklerosis ).

Penderita diabetes melitus dan Diabetes insipidus memiliki risiko tinggi mengalami dehidrasi Benarkah pernyataan tersebut Jelaskan alasan anda?

Halo Moh kakak bantu jawab ya 🙂 Penderita diabetes melitus dan diabetes insipidus memiliki risiko tinggi mengalami dehidrasi adalah benar. Penderita diabetes melitus memiliki kadar gula darah (glukosa) yang tinggi, sedangkan glukosa direabsorbsi di tubulus ginjal memiliki kapasitas maksimum.

Akibatnya, ginjal akan merespon dengan membuang kelebihan glukosa melalui urin. Penderita diabetes melitus menjadi sering mengeluarkan urin, dan berakibat pada dehidrasi. Adapun, penderita diabetes insipidus adalah suatu gangguan yang disebabkan oleh kekurangan hormon ADH (???????????? ???????).

See also:  Susu Nutren Diabetes Untuk Apa?

Hormon ADH berfungsi untuk mengatur cairan dalam tubuh dengan mereabsorbsi air. Karena kekurangan hormon ADH ini, reabsorbsi air tidak terjadi dan menyebabkan penderita mengeluarkan urine terlalu banyak. Karena urine yang dikeluarkan berlebihan, penderita mengalami dehidrasi.

Apa hubungan obesitas dan diabetes melitus?

Pada obesitas kemungkinan terkena diabetes melitus 2,9 kali lebih sering bila dibandingkan yang tidak obesitas. Obesitas merupakan penyebab utama D M 2. Lemak berlebih menyebabkan resistensi insulin, dan hiperglikemia berpengaruh negatif terhadap kesehatan.

Apa akibat yang terjadi apabila seseorang mengalami kelebihan berat badan?

Obesitas dapat meningkatkan risiko kanker rahim, leher rahim, endometrium, ovarium, payudara, usus besar, rektum, kerongkongan, hati, kandung empedu, pankreas, ginjal dan kanker prostat. Jika mengalami obesitas, tipe sel khusus yang berfungsi untuk melawan kanker akan tersumbat oleh lemak sehingga tidak berfungsi.

Apakah berat badan mempengaruhi gula darah?

Peningkatan berat badan dan obesitas merupakan penyumbang utama dalam peningkatan kadar gula darah sehingga dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan meningkatkan risiko diabetes melitus (14).

Apakah obesitas bisa menyebabkan diabetes melitus?

Obesitas merupakan faktor risiko yang berperan penting terhadap penyakit Diabetes Melitus, Melitus (Suyono, 2012). Apabila anda gemuk tubuh anda lebih sulit dalam menggunakan insulin yang dihasilkan hal ini dinamakan keadaan resistensi insulin.

Apakah diabetes bisa menambah berat badan?

Cara Menambah Berat Badan bagi Penderita Diabetes Jakarta: Salah satu keluhan yang mungkin dirasakan oleh para penderita diabetes adalah penurunan berat badan. Hal ini cukup sering dialami oleh para penderita diabetes dikarenakan adanya penyesuaian dalam pola makan yang berbeda dari biasanya.

  • Namun sebenarnya para penderita diabetes pun bisa tetap mengalami kenaikan berat badan.
  • Untuk meningkatkan berat badan pada penderita diabetes, salah satunya dengan dengan meningkatkan sensitivitas kerja hormon insulin.
  • Etika insulin berfungsi dengan baik, tubuh memanfaatkan gula, lemak, dan protein secara lebih efektif dan mampu menyimpan nutrisi dengan lebih baik,” ujar Hening Utami, seorang ahli gizi, pada acara KULWAP bersama KALCare, Kamis, 23 April 2020.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini? Menurut Hening, cara untuk mengaktifkan hormon insulin adalah dengan berolahraga. “Dapat melakukan olahraga sebanyak 3 kali seminggu dengan durasi 50 menit per hari atau 5 kali seminggu dengan durasi 30 menit per hari,” katanya. “Jenis olahraga yang dapat dipilih adalah latihan angkat beban.

Latihan ini direkomendasikan karena manfaat utamanya untuk meningkatkan massa otot,” kata Hening. “Saat massa otot bertambah maka akan lebih mudah mengendalikan gula darah. Namun, untuk olahraga jenis ini harus benar-benar memperoleh izin dari dokter sebab olahraga ini cukup berisiko dengan cedera,” tambahnya.

Dan untuk nutrisi, Hening manyarankan untuk tetap mengonsumsi jenis makanan yang bervariasi dan mengandung gizi seimbang. “Fokuskan pada pemilihan jenis protein yang tinggi untuk meningkatkan massa otot seperti putih telur, daging dan susu,” ujar Hening.

Ketika memasuki bulan Ramadan, para penderita diabetes juga bisa menambahkan beberapa makanan manis untuk menambah berat badan. Salah satu makanan manis yang bisa dipilih adalah kurma. “Kurma boleh dikonsumsi dua hingga tiga buah, tergantung seberapa besar kadar gula darah Anda,” ujar Hening. “Kurma mengandung fruktosa dalam jumlah tinggi, kurma juga mengandung serat dan nutrisi seperti vitamin A, K, dan B-kompleks, zat besi, kalsium, natrium, kalium, magnesium, serta seng yang baik untuk tubuh,” tambah Hening.

Dan untuk konsumsi teh manis, Hening menyarankan untuk menghindari gula pasir. “Rasa manis dari gula pasir bisa diganti dengan gula pengganti seperti sukralosa. Sukralosa ini adalah gula tebu yang sudah diolah dengan teknologi tinggi sehingga aman dan alami serta mengandung nol kalori,” tutup Hening.

Apa hubungan obesitas dan diabetes melitus?

Pada obesitas kemungkinan terkena diabetes melitus 2,9 kali lebih sering bila dibandingkan yang tidak obesitas. Obesitas merupakan penyebab utama D M 2. Lemak berlebih menyebabkan resistensi insulin, dan hiperglikemia berpengaruh negatif terhadap kesehatan.

Adblock
detector