Diabetes sebabkan munculnya 4 penyakit berbahaya ini | merdeka.com Merdeka.com – Diabetes merupakan suatu kondisi di mana kadar gula dalam darah meningkat secara luar biasa. Begitu kamu terkena diabetes, maka penyakit ini tidak bisa hilang sepenuhnya dari dalam tubuh.
Untuk itu, penderita diabetes haruslah mengatur pola makan dengan baik agar tidak terjadi lonjakan gula darah. Selain membuat lonjakan gula darah, diabetes juga bisa memicu munculnya beragam penyakit berbahaya lainnya. Salah satu yang paling khs adalah penyakit yang disebut dengan retinopati diabetik.
“Saat kadar gula darah seseorang meningkat, maka akan terjadi perubahan sistem peredaran darah di retina. Biasanya arteri darah jadi mudah rusak dan bocor sehingga membuat penglihatan terganggu,” tulis penelitian yang dilansir dari boldsky.com ini, Selain gangguan tersebut, berikut adalah beberapa penyakit lainnya yang timbul karena diabetes.
- Sakit ginjal Ginjal berfungsi untuk menyaring darah dari beragam racun yang masuk ke dalam tubuh sehingga limbah ini bisa dikeluarkan melalui kencing.
- Namun penyakit diabetes membuat ginjal menyaring darah dalam jumlah lebih.
- Dan dalam keadaan yang parah bisa membuat penderita diabetes menjalani proses transplantasi ginjal karena ginjal yang bekerja terlalu keras.
Penyakit jantung Diabetes sering dikaitkan dengan penyakit jantung. Hal ini terjadi karena kadar gula berlebih bisa merusak pembuluh darah dan mengakibatkan penyempitan pembuluh darah sehingga pasokan darah ke seluruh tubuh tidak maksimal. Gangguan saraf Karena darah tidak bisa terdistribusi dengan baik ke seluruh tubuh, maka penderita diabetes cenderung akan terkena gangguan saraf atau neuropati.
Mengapa diabetes dapat menyebabkan penyakit jantung koroner?
ubuh, sehingga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Diabetes dan Hipertensi Picu Penyakit Jantung Pengidap diabetes rentan untuk terkena serangan jantung, tetapi risikonya semakin tinggi pada pengidap diabetes tipe 2. Hubungan antara penyakit diabetes dengan serangan jantung berawal dari tingginya kadar gula pengidap diabetes.
Pasalnya, kadar gula yang tinggi bila dibiarkan tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Hal ini dikarenakan, glukosa berlebih yang mengalir dalam darah pengidap diabetes dapat merusak pembuluh darah dan akhirnya memicu serangan jantung. Melansir dari Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan RI, bila pembuluh darah besar koroner mengalami kerusakan akibat diabetes yang tidak terkontrol, maka pembuluh darah jantung yang rusak dapat menyebabkan penyakit jantung koroner dan serangan jantung mendadak.
Selain itu, tingginya tekanan darah akibat hipertensi dapat mengakibatkan aterosklerosis, Kondisi tersebut adalah terjadinya penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah koroner, sehingga menimbulkan pembentukan plak. Plak yang terbentuk ini nantinya akan membuat pembuluh darah koroner menyempit, bahkan penyumbatan mendadak juga bisa saja terjadi.
Akibatnya, gejala seperti nyeri pada dada, sesak napas, irama jantung tidak teratur, pingsan, hingga dampak yang lebih fatal dapat terjadi. Sebab, asupan darah yang dialirkan ke seluruh tubuh menuju jantung tidak dapat tercukupi dengan baik. Tak hanya mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah koroner, tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah akan membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah.
Kondisi ini dapat memicu terjadinya penebalan dan penurunan elastisitas otot jantung. Baca juga: Diabetes Melitus Picu Terjadinya Gangguan Sistem Endokrin Jangan Sampai Putus Obat Penjelasan sebelumnya membuktikan bahwa diabetes sangat berkaitan dengan hipertensi, yang bila dibiarkan nantinya dapat memicu terjadinya komplikasi penyakit jantung.
Keduanya saling berkesinambungan dan memiliki faktor pemicu yang sama. Maka dari itu, pengidap diabetes dan hipertensi tentu harus menjalani pengobatan sesuai anjuran dokter. Sebenarnya penggunaan obat-obatan tidak dapat menyembuhkan diabetes atau hipertensi secara total. Namun, melalui konsumsi obat diabetes dan suntik insulin, pengidap diabetes dapat mengontrol kadar gula dalam darah.
Pengidap hipertensi pun juga dapat menjaga tekanan darahnya melalui penggunaan obat. Alhasil, risiko terjadinya komplikasi yang lebih serius seperti penyakit jantung dapat berkurang. Selain itu, penerapan gaya hidup yang lebih sehat juga perlu diterapkan.
Misalnya seperti mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan kaya nutrisi, menghindari asupan yang dianggap pantangan, rutin berolahraga, serta mengelola stres dengan baik. Baca juga: Adakah Hubungan Diabetes dengan Hipertensi? Begini Penjelasannya Selain menjalani pengobatan dan menerapkan pola hidup sehat, pemeriksaan fisik secara rutin juga diperlukan bagi pengidap diabetes.
Apabila kamu atau orang terdekatmu mengidap diabetes dan memerlukan pemeriksaan fisik, kamu dapat membuat janji dengan dokter melalui aplikasi Halodoc, Tentunya tanpa harus menunggu atau mengantri berlama-lama di rumah sakit. Jadi tunggu apa lagi? Yuk download aplikasi Halodoc sekarang! Referensi:
Apakah diabetes bisa menyebabkan pembuluh darah pecah?
Gula Darah Tinggi Sebabkan Pembuluh Darah Rapuh Gula darah tinggi pada pengidap diabetes mellitus (DM) akan menyebabkan pembuluh darah mengeras, rapuh, lalu pecah. Kondisi ini dapat memicu berbagai komplikasi. “Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan saraf dan memperkeras dinding pembuluh darah.
- Arena itu penting disiplin menjaga gula darah agar tetap terkontrol di kisaran target,” kata Aluwi Nirwana Sani, apoteker yang mendalami farmasi klinis dalam webinar “Seri Diabetes Mellitus: Strategi Pencegahan dan Pengobatan DM Tipe 2,” baru-baru ini.
- Aluwi yang biasa disapa Luluk menjelaskan, secara garis besar DM ada 2, yaitu tipe 1 dan tipe 2.
Tipe 2 mendominasi sekitar 90% kasus. DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, misalnya doyan makan banyak sehingga gemuk dan kurang olahraga. Gawatnya, kadar gula darah yang tidak terkontrol pada penyandang DM tipe 2 rawan memicu komplikasi.
Omplikasi di antaranya serangan jantung, stroke, infeksi kaki berat (gangren) hingga amputasi, gagal ginjal hingga disfungsi seksual,” papar lulusan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) ini. Bila target gula darah tidak tercapai, hal ini bisa menjadi masalah. “Bila kadar gula darah tinggi tidak bisa dipindah ke sel maka akan terjadi pengerasan pembuluh darah sehingga menjadi rapuh.
Darah akan keluar mengakibatkan kaki atau tubuh jadi biru-biru, lalu banyak sel yang mati dan bernanah. Jadi, pembuluh darah kecil-kecil yang ada di organ tubuh akan mengalami komplikasi,” kata Kepala Program Studi (Kaprodi) S1 Farmasi StikesMedistra Indonesia, Bekasi, Jawa Barat, ini.
- Berapa kadar gula darah yang sesuai target? Indikator penanda untuk mengetahui apakah gula darah terkontrol bisa dilihat dari dalam tes darah.
- Ada tiga tes darah yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang menderita prediabetes atau diabetes tipe 2.
- Pertama, tes gula darah puasa (GDP).
- Tes ini bertujuan untukmemeriksa kadar gula darah di saat keadaan perut kosong.
Kadar gula darah pasien dinilai normal jika masih di bawah 100 mg/dL, dan dianggap sudah mengalami prediabetes jika kadarnya berkisar antara 100–125 mg/dL. Jika kadar guladarah mencapai 126 mg/dL atau lebih, berarti pasien sudah menderita diabetes tipe 2.
- Edua, tes toleransi glukosa oral (2 jam PP).
- Setelah pasien menjalani tes gula darah puasa, pasien akan diminta untuk mengonsumsi minuman gula khusus dan kembali melakukan pemeriksaan gula darah setelah 2 jam meminum larutan gula tersebut.
- Adar gula darah dikatakan normal jika hasil tes menunjukkankurang dari 140 mg/dL, dan baru dianggap memasuki kondisi prediabetes jika hasil tes berkisar antara 140–199 mg/dL.
Sedangkan hasil tes yang menunjukkan kadargula 200 mg/dL atau lebih menandakan pasien sudah menderita diabetes tipe 2. Ketiga, tes hemoglobin A1c (HbA1c). Tes darah ini bertujuan untuk mengetahui kadar rata-rata gula darah dalam 3 bulan terakhir. Tes ini dilakukan dengan mengukur persentase gula darah yang melekat pada hemoglobin, yakni protein pembawa oksigen yang ada dalam sel darah merah.
- Dalam tes ini, dikatakan normal jika kadar HbA1c berada di bawah 5,7%.
- Ondisi pradiabetes jika kadar HbA1c berada pada kisaran 5,7–6,4%, dan sudah dianggap menderita diabetes tipe 2 jika kadar HbA1c mencapai 6,5% atau lebih.
- Pada tes gula darah HbA1C menjadi penanda yang baik, karena bisa menunjukkan apakah gula darah berfluktuasi selama 2-3 bulan.
Jadi kalau kadar gula darah tidak normal akan ketahuan dengan HbA1C. Gula darah normal biasanya di bawah 5,7%, pradiabetes di atas normal 6% atau diabetes di atas 6%,” beber apoteker yang mengambil master farmasi di Tasmanian University, Australia.
Terapi DM Tipe 2 Pada kasus pradiabetes (kadar gula darah tinggi namun belum masuk kategori DM), umumnya bisa diatasi dengan mengatur makanan, olahraga, menurunkan berat badan bagi yang kegemukan, hindari konsumsi alkohol.”Biasanya pradiabetes yang memiliki garis keturunan DM akan diresepkan obat,” tutur Luluk.
Sedangkan bagi penyandang yang sudah terdiagnosis DM akan diberikan obat oral (minum) disertai dengan mengontrol asupan makanan, termasuk aktivitas seharihari, sehingga penderita DM bisa mengelola kadar gula darahnya. Luluk menekankan, penting bagi penyandang diabetes untuk mencari dokter yang baik dan komunikatif karena diabetes ini butuh sekali komunikasi untuk mencari keseimbangan sehingga dapat mengontrol gula darah.
- Terkait konsumsi obat herbal sebagai pendampingan pada penyandang DM, menurut Luluk, tidak masalah.
- Silakan minum obat herbal, tapi beri tahu dokter obat herbal yang dikonsumsi apa, jadi target kontrol gula darah bisa tercapai,” ujarnya.
- Tak kalah penting adalah kelola stres.
- Memang diabetes tidak bisa disembuhkan, sama halnya dengan hipertensi, namun penyandang DM tetap bisa menikmati hidup berkualitas dengan mengontrol kadar gula darah.
“Jika minum obat oral tidak mampu mengontrol gula darah, dokter mungkin akan mempertimbangkan suntik insulin,” beber Luluk. Luluk berpesan agar penyandang DM mengawasi asupan karbohidrat yang memang rentan menaikkan kadar gula darah. “Kurangi makanan yang tinggi karbohidrat terutama saat makan malam, lebih baik diganti dengan protein dan sayur, serta kurangi makanan yang berlemak,” pungkasnya.
Bagaimana keterkaitan kondisi kadar gula darah dengan peningkatan tekanan darah?
Hubungan kadar gula darah dengan tekanan darah pada lansia penderita Diabetes Tipe 2 American Diabetes Association.2017. High Blood Pressure. http://www.diabetes.org/are-you-at-risk/ lower-your-risk/bloodpressure.html?referrer=https://www.google.co.id/ dibuka 6 April 2018.
Aghniya, R.2017. Hubungan Lamanya Menderita Diabetes Melitus Dengan Terjadinya Diabetic Peripheral Neuropathy (DPN) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Grha Diabetika Surakarta. Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Keseh atan Univer sitas Muh ammadiyah Surakarta.Skripsi. Cheung, B.M.C & Li, C.2012.
Diabetes and Hypertension: is There a Common Metabolic Pathway. PMC.2012 Apr; 14(2): 160166. Published online 2012 Jan 27. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3314178/ Derek, M.I., Rottie, J., Kallo,V.2017. Hubungan Tingkat Stres dengan Kadar Gua Dar ah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado.
- Jurnal Keperawatan, Vol 5, No 1.
- Dewi, E.2014.
- Gambaran Faktor-Faktor Yang Mem- pengaruhi Terkendalinya Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di puskesmas Pakis Surabaya.
- AKPER Surabaya Fitrah, A.2017.
- Hubungan Kadar Gula Darah Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2016.
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Hariyanto, F.2013. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RSD Kota Cilegon. FK. Jakarta IDF, 2009. Diabetes Atlas Fourth Edition.
International Diabetes Federation. Brussels Ichsantiarini, A.P.2013, Hubungan Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Kendali Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Universitas Indonesia. Ilyas, E.I., 2011. Olahraga bagi Diabetesi dalam: Soegondo, S., Soewondo, P.,Subekti, I., Editor.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu bagi dok ter ma upun eduka tor di abete s. Ja kar t a: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jelantik I.M.G., Haryati E., 2014. Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin, Kegemukan Dan Hipertensi Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram.
Media Bina Ilmiah.8(1):39-44 Khairani, R.2007. Prevelensi Diabetes Mellitus Dan Hubungannya Dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia Di Masyarakat. Universa Medicina. Vol 26 No.1 :18-26 Kozier. Erb, Berman. Snyder.2010. Buku Ajar Fon- damental Keperawatan: Konsep, Proses & Pratik Volume: 1, Edisi: 7, EGC: Jakarta Lemone, Priscilla., Karen M.
Burke, Gerene Bauldoff.2015. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC. Mutmainah, I.2013. Hubungan Kadar Gula Darah Dengan Hipertensi Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dirumah Sakit Umum P.I Derek Karang- anyar, Fakultas Kedokteran Unirvesitas Muhama- diyah.
- Surakarta. Skripsi.
- Paramitha, G.M.2014.
- Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tip e 2 D i R u m ah S ak i t U m u m D a er a h Karanganayar.
- Fakultas Kedokteran universitas muhammadiyah surakarta.Skripsi.
- Perkeni 2015.
- Onsensus Pengelolaan dan Penegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
PERKENI Perry & Potter. (2009).Dasar dasar ilmiah dalam pratik keperawatan. Jakart: EGC Persi.2011. RI Ranking keempat Jumlah Penderita Diabetes Terbanyak Dunia www.pdpersi.co.id,17 April 2012. Plotnikoff, R.C., 2006. Physical Activity in the Mana- gement of Diabetes:Population-based Perspectives and Strategies.
- Canadian Journal of Diabetes.30:52-62.
- Raphaeli, H.K.2017.
- Hubungan Kadar Gula Darah Sewaktu Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Baru Didiagnosis Di Poliklinik Penyakit Dalam Rsu Siti Hajar Medan Tahun 2015-2017.
- Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
Skripsi. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).2013. Badan Pene- litian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2013. Jakarta. Rudi, A dan Kwureh, H.N.2017.Faktor risiko yang mempengar uh i kadar gula darah puasa pada p en g g un a la ya n a n la bor a t or i u m,Wa was a n Kesehatan, Volume 3 Nomor 2 Januari tahun 2017.pp33-39.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G.2008. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih Bahasa Agung Wluyo. Edisi 8. Vo 2 Jakarta: EGC. Sofyan, dkk.2012. Hubungan Umur, Jenis Kelamin, dan Hipertensi dengan kejadian stroke. FK UHO Tandra,.H.2009. Kiss Diabetes Goodbye. Surabaya: Jaring Pena. Tanto, C & Hustrini, N.M.2014.
Hipertensi. Kapita Selekta Kedokteran. Essentials of Medicine. Edisi IV. II. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Town sen d, R Raymon d.2010.100 Tanya-Jawab Mengenai Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Jakarta: Indeks Qurratueni, 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terkendalinya Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati.
Mengapa gula tidak baik untuk kesehatan?
Konsumsi Gula Berlebih, Waspadai Risikonya Jakarta, 27 September 2022 Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan konsumsi gula berlebih, baik dari makanan atau minuman berisiko tinggi menyebabkan masalah kesehatan seperti gula darah tinggi, obesitas, dan diabetes melitus.
- Dalam kurun waktu lima tahun saja, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak menular di indonesia.
- Berdasarkan data tahun 2013 menunjukkan prevalensi diabetes sebesar 1,5 permil meningkat pada tahun 2018 menjadi 2 permil.
- Demikian juga gagal ginjal kronis dari 2 permil menjadi 3,8 permil, sementara stroke meningkat dari 7 permil menjadi 10,9 permil.
“Tentunya ini akan meningkatkan beban pembiayaan kesehatan di Indonesia. Terlebih lima penyebab kematian terbanyak di Indonesia didominasi oleh penyakit tidak menular,” jelas dr. Maxi Data kemenkes juga menunjukkan bahwa 28,7% masyarakat indonesia mengkonsumsi Gula Garam Lemak (GGL) melebih batas yang dianjurkan.
- Dimana batasan konsumsi GGL sudah diatur dalam Permenkes No 30/2013 yang diperbaharui dengan Permenkes 63/2015.
- Sementara sebanyak 61,27% penduduk usia 3 tahun ke atas di Indonesia mengonsumsi minuman manis lebih dari 1 kali per hari, dan 30,22% orang mengonsumsi minuman manis sebanyak 1-6 kali per minggu.
Sementara hanya 8,51% orang mengonsumsi minuman manis kurang dari 3 kali per bulan (Riskesdas, 2018). Patut menjadi perhatian, lanjut dr Maxi adalah peningkatan prevalensi berat badan berlebih dan obesitas pada anak muda yang meningkat 2 kali lipat dalam 10 tahun terakhir.
- Data tahun 2015 menunjukkan prevalensi berat badan berlebih pada anak-anak usia 5-19 tahun dari 8,6% pada 2006 menjadi 15,4% pada 2016.
- Sementara prevalensi obesitas pada anak-anak usia 5-19 tahun dari 2,8% pada 2006 menjadi 6,1% pada 2016.
- Lebih lanjut, dr Maxi menyampaikan bahwa pemerintah melakukan berbagai upaya dan strategi dalam mengendalikan GGL mencakup aspek regulasi, reformulasi pangan, penetapan pajak/cukai, studi/riset, dan edukasi.
Salah satunya adalah permenkes No 30/2013 yang diperbaharui dengan Permenkes No 63/2015 Tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji. Salah satu aspek pengaturannya dalam hal nilai gizi seperti kandungan lemak hingga gula harus tertera pada iklan dan promosi media lainnya seperti leaflet, brosur, buku menu, dan media lainnya.
Kebijakan cukai terhadap Minuman Berpemanis dalam Kemasan (MBDK) di Indonesia juga sudah diatur dalam UU No.39 Tahun 2007 Tentang Cukai dan dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan. Diharapkan dengan pemberlakuan cukai pada produk makanan dan minuman yang tinggi gula, garam dan lemak dapat menginisiasi terciptanya pangan yang lebih sehat dengan reformulasi makanan sehingga menurunkan risiko terjadinya Penyakit Tidak Menular Di sisi lain, dr.
Maxi mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan mulai dari sendiri. Lebih bijak dalam memperhatikan asupan makan sesuai dengan isi piringku. Serta menjaga asupan gula garam dan lemak sesuai dengan rekomendasi maksimum, yaitu gula sebanyak 50 gram per hari (4 sdm), garam sebanyak 2 gram (sdt), dan lemak sebanyak 67 gram (5 sdm).
“Kita minta masyarakat sadar untuk menjaga kesehatan diri dan keluarganya, Pola asuh yang benar akan mencegah anak anak mengidap penyakit diabetes melitus, hipertensi dan kolesterol di usia dewasa nanti” jelas dr. Maxi Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI.
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected] (D2/NI). Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr.
Mengapa penyakit diabetes dapat menyebabkan gagal ginjal?
Diabetes bisa sebabkan gagal ginjal – Melansir Better Health, salah satu penyebab gagal ginjal adalah penyakit diabetes melitus, suatu kondisi yang ditandai dengan kadar glukosa (gula) darah yang tinggi. Seiring waktu, kadar gula yang tinggi dalam darah dapat merusak jutaan unit penyaringan kecil di dalam setiap ginjal.
Di mana, tingginya gula darah bisa membuat ginjal bekerja ekstra keras untuk membuang kelebihan kadar gula tersebut menjadi urine. Jika kondisi ini dibiarkan terjadi dalam waktu lama, maka ginjal dapat mengalami kerusakan dan perlahan-lahan kehilangan fungsinya untuk menyaring limbah atau racun. Kondisi inilah yang pada akhirnya menyebabkan gagal ginjal.
Selain itu, penyakit diabetes juga dapat menimbulkan kerusakan saraf di dalam tubuh, termasuk dalam pengaturan kandung kemih. Apabila tubuh sampai kesulitan mengosongkan kandung kemih, tekanan yang dihasilkan dari kandung kemih yang penuh alhasil bisa melukai ginjal dan berisiko mengembangkan infeksi.
Sekitar 20 hingga 30 persen penderita diabetes dilaporkan mengembangkan penyakit ginjal (nefropati diabetik), meskipun tidak semuanya akan berkembang menjadi gagal ginjal. Baca juga: Bagaimana Kurang Minum Bisa Sebabkan Gagal Ginjal? Seseorang dengan penyakit diabetes memang menjadi lebih rentan terhadap nefropati entah mereka menggunakan insulin maupun tidak.
Tingginya risiko terkena nefropati diabetik ini berbanding lurus dengan lamanya waktu seseorang menderita diabetes. Artinya, semakin lama seseorang menderita diabetes, maka kian besar juga peluangnya untuk terkena penyakit ginjal. Nama lain untuk nefropati diabetik adalah glomerulosklerosis diabetik.
Apakah penderita diabetes bisa donor darah?
Bolehkah Penderita Diabetes Donor Darah? Ini Penjelasannya Jakarta, CNBC Indonesia – Ada banyak anggapan keliru atau mitos seputar penyakit diabetes. Salah satunya soal larangan mendonorkan darahnya. Lalu, seperti apa faktanya? Mengutip laman Palang Merah Indonesia, orang yang mengidap diabetes tidak dilarang menjadi pendonor darah, namun ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi.
Kadar gula darah terkendali dengan pengaturan pola makan dan obat antidiabetes tablet.Tidak pernah mengalami hipotensi ortostatik, yaitu kondisi penurunan tekanan drastis akibat berdiri secara tiba-tiba yang menimbulkan gejala pusing berputar atau sensasi seperti melayang.Tidak mengalami infeksi apapunTidak mengalami komplikasi diabetes pada pembuluh darah dan saraf
Perlu dicatat, orang sehat diizinkan mendonorkan darahnya setidaknya dua bulan sekali, namun sejumlah dokter merekomendasikan interval yang lebih lama untuk mereka yang menderita diabetes. Studi pada 2017 mencatat bahwa donor darah dapat memengaruhi kadar hemoglobin A1c (HbA1c) pada penderita diabetes setidaknya selama 2 bulan setelah donor darah lengkap.
- Oleh karena itu, ahli merekomendasikan agar penderita diabetes tipe 2 menunggu setidaknya 4 bulan untuk donor darah selanjutnya.
- Hal lain yang perlu dicatat, aturan mengenai donor darah bagi penyandang diabetes bisa berbeda di tiap negara.
- Misalnya, menurut Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS), orang yang menggunakan insulin tidak boleh menyumbangkan darah.
(hsy/hsy) : Bolehkah Penderita Diabetes Donor Darah? Ini Penjelasannya
Diabetes terjadi pada organ apa?
Mengenal Si Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh gagalnya organ pankreas memproduksi jumlah hormon insulin secara memadai sehingga menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting.
Pada penyandang diabetes mellitus, tubuh mengalami kekurangan insulin atau insulin dalam tubuh tidak bekerja secara efektif, atau bisa juga disebabkan oleh kedua kondisi tersebut. Hal itu diungkapkan oleh dr.Fitri, biasa disapa dr. Fitri, seorang dokter dari Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM Yogyakarta, saat mengisi program bincang-bincang live “RE MEDIKA” melalui Instagram Radio Edukasi Kemdikbud, pada Kamis 8 Oktober 2020, pukul 15.00 WIB.
Pada kesempatan itu dr. Fitri menjelaskan penyebab dari Diabetes Mellitus. “Penyebabnya banyak, penyebab munculnya gejala diabetes tipe 1 belum diketahui secara pasti. Sistem imun yang seharusnya melawan bakteri atau virus, justru menyerang produksi insulin.
Akibatnya, glukosa menumpuk di aliran darah dan tidak bisa terdistribusi ke sel-sel tubuh, Pada penyakit diabetes tipe 2, sel dalam tubuh menjadi resistan terhadap insulin. Pankreas kewalahan untuk menghasilkan insulin untuk mengatasi hal tersebut sehingga glukosa menumpuk dalam darah. Sama seperti penyebab diabetes tipe 1, penyebab gejala diabetes tipe 2 juga tak bisa ditentukan, Selain itu Faktor genetik dan lingkungan memiliki kemungkinan besar jadi penyebab munculnya gejala diabetes, obesitas juga bisa jadi penyebabnya.
Namun, ada pula penderita diabetes tipe 2 yang tidak mengalami obesitas jadi faktor ini belum bisa dibuktikan, ” ujarnya. Lebih lanjut dr. Fitri menjelaskan tentang apa stres bisa menyebabkan peningkatan gula darah. “Iya, ketika kita stres, seolah-olah tubuh kita itu terforsir untuk metabolisme tinggi, padahal kita tidak ngapa-ngapain, jadi ketika kita stres kemudian kadar gulanya tinggi, maka tubuh jadi tidak fokus untuk mengolah gula dahulu atau mengelola stres dahulu, jadi bingung sehingga tidak bisa menyelesaikannya dengan baik,” katanya.
- Se lanjutnya dr.
- Fitri menjelaskan tentang gejala-gejala Diabetes Mellitus.
- Iya jadi gejalanya didalam tubuh itu terjadi peningkatan kadar gula didalam tubuhnya, didalam darahnya, yang tidak bisa tertransfer didalam sel-sel tubuhnya, padahal sel tubuh ini butuh energi untuk bisa bekerja, maka dia akan meminta tolong kepada otak untuk memberikan energi, maka yang menjadi tanda gula darah orang itu tinggi, orang itu terlihat selalu lapar terus, padahal gulanya tinggi, karena gula yang tinggi ini tidak bisa masuk ke sel sehingga tubuhnya seakan-akan butuh gula terus, kemudain gula yang ada dipembuluh darah itu harus disaring oleh ginjal, sementara ginjal itu akan capek untuk menyaring gula yang banyak tersebut, maka ginjal tersebut akan mengendur, efeknya apa stabilitasnya meningkat, nah ini cairan yang bocor dari tubuh itu semakin banyak, sehingga gejala yang berikutnya yaitu sering pipis, kemudian terasa capek sekali, jadi gejalanya yaitu, gampang lapar, gampang haus, kebelit pipis, capek badannya, kadang-kandang orang jadi tampak kurus,” katanya.
Lebih lanjut dr. Fitri menjelaskan bahwa anak muda juga bisa terkena Diabetes Mellitus, “Iya, bisa tidak harus Diabetes Mellitus, ada sebagian tubuh dari si pasien itu organ-organ tubuhnya sudah pada kondisi menua, mungkin organ-organ tubuh ini sudah dipakai bertahun-tahun, sehngga muncul penyakit-penyakit seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi, sakit ginjal, itu mestinya muncul saat sudah tua, tapi pada beberapa orang bahkan pasien paling muda terjadi gangguan pembentukan insulin sama Diabetes yang bukan karena gangguan insulin jadi pada pasien yang pankreasnya sudah rusak, dari kecil, maka dari awal dia sudah membutuhkan insulin, sementara orang –orang yang terkena diabetes bukan karena insulin adalah pasien-pasien yang kebanyakan gaya hidupnya nggak bagus, mengoknsusmsi makanan-makanan cepat saji, keadaan seperti itu menimbulkan kita lebih berisiko terkena Diabetes Mellitus, apalagi kalau tidak diimbangi dengan olahraga yang teratur, pola makan yang baik,” katanya.
Darah beredar pada tubuh manusia melalui dua sistem yaitu peredaran darah besar dan peredaran darah kecil Apakah yang dimaksud dengan sistem peredaran darah besar?
1. Sistem Peredaran Besar – Sistem peredaran darah besar, atau disebut juga sistemik, adalah sirkulasi di dalam tubuh yang menggerakkan darah antara jantung dan seluruh tubuh. Bagian ini berguna untuk mengirimkan darah yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh dan mengembalikan darah yang terdeoksigenasi kembali ke jantung.
- Darah yang mengandung oksigen akan memasuki atrium kiri dari vena pulmonalis.
- Setelah itu, darah kemudian dipompa melalui katup mitral ke ventrikel kiri.
- Dari ventrikel tersebut, darah dipompa melalui katup aorta dan masuk ke dalam aorta yang merupakan arteri terbesar di tubuh.
- Untuk pertukaran gas dan nutrisi dengan jaringan tubuh terjadi di dalam kapiler yang mengalir melalui jaringan.
Sirkulasi sistemik menjaga metabolisme setiap organ dan setiap jaringan dalam tubuh tetap hidup, kecuali parenkim paru-paru, yang disuplai oleh sirkulasi pulmonal. Sirkulasi sistemik secara keseluruhan adalah sistem tekanan yang lebih tinggi dibandingkan sirkulasi pulmonal.