Jelaskan Autoimun Yang Terjadi Pada Penyakit Diabetes Melitus?

Jelaskan Autoimun Yang Terjadi Pada Penyakit Diabetes Melitus
Penyebab Diabetes Tipe 1 Diabetes tipe 1 merupakan, yaitu kondisi ketika sistem kekebalan tubuh berbalik menyerang sel tubuh yang sehat. Pada penderita diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel beta di dalam pankreas, yang berfungsi menghasilkan insulin.

  • Insulin berfungsi mengikat glukosa dalam darah dan membawanya masuk ke sel untuk diubah menjadi energi.
  • Bila sel beta hancur dan tidak mampu lagi memproduksi insulin, maka gula tidak dapat masuk ke dalam sel.
  • Akibatnya, gula menumpuk dalam darah dan menyebabkan gula darah tinggi ().
  • Belum diketahui apa yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta dalam pankreas.

Akan tetapi, ada sejumlah faktor yang diduga terkait dengan kondisi ini, yaitu:

Apakah diabetes mellitus disebabkan oleh autoimun?

Cara Mencegah Diabetes Melitus – Umumnya penyakit diabetes melitus bisa dicegah dengan melakukan perubahan gaya hidup, misalnya: ● Menjaga Berat Badan ideal Obesitas menjadi salah satu faktor utama penyebab penyakit diabetes melitus. Selain itu, obesitas dapat mengganggu kinerja metabolisme sehingga membuat sel dalam tubuh tidak mampu menerima insulin dengan baik dan menyebabkan diabetes.

  • Itulah mengapa Anda perlu memantau berat badan ideal dengan cara mencari tahu Indeks Massa Tubuh.
  • Perbanyak Aktivitas Fisik Gaya hidup sedentari dapat menyebabkan kenaikan kadar gula dalam darah secara perlahan.
  • Hal ini tentunya membuat Anda berisiko terkena penyakit diabetes melitus.
  • Itu sebabnya Anda perlu meningkatkan metabolisme dengan memperbanyak aktivitas fisik.

● Berhenti Merokok Penyakit diabetes melitus tipe 2 sebenarnya banyak dialami oleh perokok. Perokok aktif memiliki risiko 44% terkena diabetes. Risiko tersebut dapat meningkat sebanyak 61% jika Anda merokok lebih dari 20 batang setiap hari. Maka dari itu, berhenti merokok bila tidak ingin terkena penyakit ini.

Mengurangi Makanan Manis Bagi penyuka makanan manis, sebaiknya mulailah untuk mengurangi konsumsi jenis makanan ini. Mengonsumsi makanan manis sebenarnya dapat membuat ketagihan sehingga Anda akan kelebihan mengonsumsinya. Terlebih jika sedang stres, hasrat untuk mengonsumsi makanan manis lebih tinggi.

Jadi, kelola stres dengan baik untuk terhindar dari mengonsumsi jenis makanan ini secara berlebihan. ● Mengonsumsi Makanan Bernutrisi Menjaga pola makan dan mengonsumsi makanan bernutrisi menjadi cara ampuh untuk mencegah penyakit diabetes melitus. Pastikan apa yang Anda konsumsi mengandung nutrisi lengkap dan seimbang seperti protein, karbohidrat, lemak baik, serat, vitamin, dan mineral.

Selain mengonsumsi makanan bernutrisi lengkap, Anda juga bisa melengkapi pemenuhan nutrisi dengan minum Anlene Gold 5X yang hadir dengan formula MOVEMAX yang mengandung nutrisi superior untuk menjaga kesehatan tulang, kelenturan sendi, serta kekuatan otot. Anlene Gold 5X hadir dengan nutrisi utama Gold 5X, yaitu kalsium yang tinggi, kolagen + vitamin C dan protein + vitamin B6.

Selain itu, Anlene Gold 5X juga mengandung nutrisi tambahan, yaitu kalium untuk menjaga tekanan darah tetap normal, kandungan serat yang cukup, serta ekstra vitamin B12 yang berperan dalam menjaga kesehatan sirkulasi darah dan pembentukan sel darah merah.

Bagaimana pengaruh imun terhadap penderita diabetes melitus?

PENGARUH IMUNITAS TERHADAP PENDERITA DIABETES MELITUS JUser: :_load: Unable to load user with ID: 738 Jelaskan Autoimun Yang Terjadi Pada Penyakit Diabetes Melitus DiabetesMelitus(DM) merupakan penyakit metabolik yang terutama ditandai dengan hiperglikemia, polidipsi, poliuria, polifagia, dan penurunan berat badan. Berdasarkan penyebabnya, Diabetes Melitus dibagi menjadi DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1 adalah DM yang terjadi karena sel beta pankreas tidak dapat memproduksi insulin karena penyakit autoimun, jadi sistem imun tubuh membuat antibodi yang menyerang dan merusak sel beta pankreas.

DM tipe 1 ini tidak bisa disembuhkan namun bisa dikontrol. Sementara DM Tipe 2 adalah DM yang terjadi karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas dengan baik. Laporan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC)2017, menyebutkan sebanyak 30,3 juta penduduk di Amerika Serikat mengalami DM.

Laporan dari International Diabetes Federation (IDF)2017,memprediksi adanya kenaikan jumlah penderita DM di dunia dari 425 juta jiwa pada tahun 2017, menjadi 629 juta jiwa pada tahun2045. Sedangkan di Asia Tenggara, dari 82 juta pada tahun2017, menjadi 151 juta pada tahun 2045.

  • Indonesia merupakan negara ke-7 dari 10 besar negara yang diperkirakan memiliki jumlah penderita DM sebesar 5,4 juta pada tahun 2045 serta memiliki angka kendali kadar gula darah yang rendah.
  • Sistem imunitas tubuh memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kondisi tubuh penderita diabetes melitus.

Apabila imunitas tubuh penderita mengalami penurunan karena suatu hal, maka bertambah pula infeksi yang ditimbulkan dalam tubuh penderita diabetes melitus. Sistem imun yang menurun dan rentannya penderita terhadap terjadinya kerusakan jaringan dianggap berperan penting dalam masalah infeksi pada DM.

  1. Sel imun membantu tubuh dalam menyingkirkan patogen atau benda asing yang akan masuk ke tubuh.
  2. Hal ini berarti apabila sistem imunitas tubuh tidak dapat bekerja dengan semestinya, maka yang terjadi infeksi akan menyebar bahkan ke seluruh tubuh penderita Diabetes Melitus.
  3. Penderita DM akut, jika terindikasi bahwa sistem imun tubuh sudah tidak bisa bekerja dengan baik, hal tersebut dapat menyebabkan kematian dari penderita.

Penurunan sistem imun penderita dapat diakibatkan oleh beberapa faktor dari dalam maupun luar tubuh. Contohnya faktor stress penderita mengenai suatu hal atau bisa juga faktorlingkungan. Otak akan mengirimkan sinyal-sinyal ketidakmampuan tubuh dalam adaptasi faktor-faktor tersebut.

Sehingga keseimbangan tubuh akan terganggu dan berdampak pula pada imunitas tubuh penderita. Oleh karena itu, penderita Diabetes Melitus wajib untuk mempertahankan tubuhnya dalam kondisi yang dikatakan baik, baik dari segi pikiran maupun fisiknya. Jika tidak demikian, maka penderita akan mengalami infeksi lanjut dan berakibat pada timbulnya penyakit lain.

Penulis: Pradanis Yanuarinda Imkasari Daftar Pustaka: Manaf Asman,2008,GeneticalAbnormalityandGlucotoxicityinDiabetesMellitus:TheBackgroundofTissueDamageandInfection, akultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.Dalam http://repository.unand.ac.id/107/1/DM_dan_TB1.pdf I Gede Restu Mahendra Sugiarta, I Gusti Ketut Darmita, 2020, Profil Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2(DM-2) dengan komplikasi angn menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)Klungkung, Bali tahun2018.Dalam https://isainsmedis.id/index.php/ism/article/viewFile/515/442 https://media.neliti.com/media/publications/138831-ID-hubungan-lamanya-menderita-diabetes-meli.pdf : PENGARUH IMUNITAS TERHADAP PENDERITA DIABETES MELITUS

Apakah diabetes tipe 2 termasuk penyakit autoimun?

GridHEALTH.id – Ketika mendengar diabetes, orang-orang mulai berasumsi tentang penyakit ini, yang terkadang tak selalu akurat. Ini karena diabetes mempunyai dua tipe utama, tipe 1 dan tipe 2, di mana tak semua orang tahu perbedaannya. Baca Juga: Penyakit Autoimun Seperti Diderita Ashanty Banyak Macamnya, Salah Satunya Diabetes Tipe-1 “Membandingkan tipe 1 dan tipe 2 seperti membandingkan apel dengan traktor,” kata GaryScheiner, CDE, seorang edukator diabetes dan penulis Think Like a Pancreas.

  • Satu-satunya kesamaan yang mereka miliki adalah keduanya melibatkan ketidakmampuan untuk mengontrol kadar gula darah,” ujarnya.
  • Berikut ini adalah 5 perbedaan penting dari tipe penyakit ini: 1.
  • Tipe 1 merupakan penyakit autoimun, tipe 2 bukan.
  • Diabetes terjadi ketika tubuh bermasalah dengan insulin, hormon yang membantu mengubah gula dari makanan menjadi energi.
See also:  How Do You Monitor Type 2 Diabetes?

Ketika insulin dalam tubuh tidak terlalu cukup, gula menumpuk dalam darah dan dapat membuat kita sakit. Penderita diabetes tipe 1 dan tipe 2 keduanya menghadapi masalah ini, tetapi bagaimana penyakit ini muncul adalah sesuatu yang sangat berbeda. Jika menderita diabetes tipe 1, tubuh tidak memproduksi insulin sama sekali.

Itu karena tipe 1 merupakan penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel-sel pembuat insulin di pankreas. Baca Juga: 3 Tahun Dipenjara Akibat Kasus Pencabulan, Penyanyi Dangdut Ini Jatuh Miskin, Harus Jual Rumah Sampai Rela Makan Nasi Cadong: ‘Saya Bersyukur’ Tidak seorang pun tahu secara pasti apa yang menyebabkan itu, tetapi faktor genetik bisa jadi berperan dalam hal ini.

Sedangkan, pada diabetes tipe 2, tubuh masih memproduksi insulin, tetapi juga tidak menghasilkannya dalam jumlah cukup atau tubuh mempunyai kesulitan menggunakan insulin secara efisien. Baca Juga: Sulis Partner Duet Hadad Alwi Hamil 6 Bulan Dirawat, Sakit Tipes dan Infeksi Saluran Kemih Sepulang Show Luar Kota Naik Pesawat Faktor risiko utama untuk diabetes tipe 2 termasuk obesitas (terutama jika mempunyai berat badan lebih di sekitar perut ) dan tak banyak melakukan aktivitas fisik.

Riwayat keluarga yang mempunyai penyakit ini juga dapat meningkatkan risiko.2. Konsumsi insulin suatu keharusan bagi diabetes tipe 1, pengobatan diabetes tipe 2 lebih bervariasi. Karena orang dengan tipe 1 tidak dapat memroduksi insulin sendiri, mereka harus melakukan injeksi insulin rutin atau memakai pompa insulin yang melekat pada tubuh mereka.

Tanpa insulin, hidup mereka akan berakhir. Diabetes tipe 2, pilihan pengobatannya lebih banyak. Ada yang mungkin akan diberi petunjuk untuk memonitor diet Anda, melakukan lebih banyak latihan dan menurunkan berat badan. Tetapi kebanyakan orang dengan diabetes tipe 2 juga mengonsumsi pil yang mendorong tubuh untuk membuat lebih banyak insulin dan atau menurunkan kadar gula darah.

  1. Jika langkah-langkah ini tidak bekerja dan penyakit semakin memburuk, penderita mungkin harus beralih menggunakan suntikan insulin.
  2. Baca Juga: Niat Lahiran Lewat Proses Water Birth, Keinginan Kartika Putri Terganjal Penyakitnya hingga Melahirkan di Usia Kehamilan 40 Minggu 3.
  3. Gula darah rendah lebih umum terjadi pada diabetes tipe 1,

Gula darah tinggi berbahaya, tetapi gula darah sangat rendah (hipoglikemia) dapat menyebabkan kelemahan, pusing, berkeringat dan gemetar. Dalam kasus yang parah, ini dapat membuat penderita pingsan dan bahkan mengancam nyawa. Ini lebih umum terjadi pada orang-orang dengan tipe 1.

Baca Juga: Miliki Kekayaan Rp 32 Miliar, Raffi Ahmad Pamit Sejenak Untuk Berobat, Nagita Slavina Kaget dengan Keputusan Sang Suami: ‘Seneng Sih, Tetep Deg-degan’ Itu sebabnya penderita perlu hati-hati dalam menghitung seberapa banyak insulin yang harus dikonsumsi (melalui suntikan atau pompa) berdasarkan asupan makanan dan tingkat aktivitas.

Hal ini memang tidak selalu mudah, mengonsumsi lebih banyak insulin dari yang diperlukan dapat membuat tingkat gula darah menurun. Begitupun jika penderita diabetes tipe 1 berolahraga, meskipun menyehatkan, juga dapat menyebabkan gula darah rendah. Jika mereka mengalami gejala hipoglikemia, mereka perlu segera melakukan sesuatu untuk meningkatkan gula darah dengan cepat.

Contohnya seperti meminum segelas jus, makan beberapa permen atau konsumsi tablet atau gel yang mengandung glukosa. Baca Juga: Cium Gelagat Perceraian, Mbak You Terawang Rumah Tangga Artis yang Bakal Hancur Karena Utang Besar dan Terjerat Penipuan, Awas, Hobi Berutang Berdampak Buruk Bagi Kesehatan Fisik dan Mental 4.

Makan makanan manis mungkin akan lebih berisiko pada penderita diabetes tipe 2. “Orang dengan tipe 1 dapat makan apa saja yang mereka inginkan, jika sesuai dengan dosis insulinnya,” kata Scheiner. Jadi jika berencana untuk pergi ke pesta ulang tahun, kita hanya harus mengonsumsi insulin lebih banyak untuk melawan serangan gula dari kue.

Jika menderita diabetes tipe 2, kita harus lebih hati-hati terhadap makanan. Kebanyakan orang dengan tipe 2 tidak mengonsumsi insulin dan artinya tubuh tidak bisa mengatasi dengan mudah apa yang dimakan. Diabetes tipe 2 juga berkaitan erat dengan obesitas dan konsumsi banyak makanan manis dapat dengan mudah menyebabkan kenaikan berat badan.

Baca Juga: Wishnutama Mengaku Telah Ditunjuk Presiden Joko Widodo Jadi Menteri, Ini Rahasia Pria Tampil Sehat dan Bugar di Usia 40-an 5. Tipe 1 biasanya terdiagnosis pada anak-anak, tipe 2 cenderung menyerang kemudian. Meskipun mungkin tipe 1 dapat berkembang pada orang dewasa, ini lebih umum ditemukan ketika masa kanak-kanak.

Itu sebabnya, mengapa dulu ini disebut diabetes anak-anak (juvenile diabetes). Diabetes tipe 2, di sisi lain, lebih mungkin terjadi saat usia bertambah, dimana risiko meningkat setelah usia 45 tahun. Terlepas dari ketika kita mencari tahu apakah kita mempunyai diabetes-atau jenis apa yang di miliki-ini penting untuk menanggapinya dengan serius.

Banyak orang berpikir, bahwa diabetes tipe 1 merupakan jenis “buruk” dan diabetes tipe 2 hanyalah ketidaknyamanan kecil. Tetapi keduanya dapat menyebabkan komplikasi serius seperti kebutaan, amputasi dan gagal ginjal. Baca Juga: Buah Pisang Bisa Bantu Mempercepat Pengobatan Penyakit ISPA Yang terpenting adalah, kita tetap dapat menjalani kehidupan panjang yang sehat dengan salah satu bentuk penyakit ini.

Apa yang menyebabkan penyakit autoimun?

Penyakit autoimun adalah penyakit yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh atau sistem imun menyerang sel-sel sehat dalam tubuh Anda sendiri. Penyakit ini berkembang ketika sistem kekebalan tubuh salah dalam menilai sel sehat yang ada dalam tubuh dan malah menganggapnya sebagai zat asing.

Bagaimana cara kerja antibodi dalam tubuh yang menderita diabetes melitus?

Hanya saja, kadar gula yang meningkat pada penderita diabetes tipe 1 yang tidak terkontrol, bisa menglikasi antibodi yang tubuh produksi saat mengenali antigen lainnya. Imbasnya, kerja antibodi ini dalam menghancurkan antigen (benda asing yang sesungguhnya bisa merusak jaringan di tubuh ) pun akan menjadi tidak efektif.

Mengapa seseorang bisa menderita diabetes melitus kekurangan hormon apakah penderita tersebut?

Berdasarkan data RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) Badan Litbang 2018, berdasarkan status pekerjaan yang paling banyak mengidap Diabetes Melitus adalah berstatus PNS/TNI/Polri, BUMN/BUMD. Oleh karena itu sebagai PNS harus mewaspadai dan mengenali tentang penyakit ini.

Apa itu diabetes? Diabetes adalah kondisi sel-sel tubuh yang tidak bisa menyerap cukup glukosa gula (sumber utama energi tubuh) dari darah, akibat kurangnya hormon insulin yang biasa diproduksi oleh prankeas. Bila insulin kurang, glukosa akan menumpuk di darah dan urin. Sel-sel harus menggunakan lemak sebagai sumber energi, bukannya glukosa, yang akan menuju ke penumpukan produk sampingan yang beracun.

Penyakit ini berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau di atas nilai normal. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh.

  • Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita.
  • Jenis-jenis Diabetes Diabetes dibedakan menjadi dua jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.
  • Diabetes tipe 1 terjadi karena sistem kekebalan tubuh penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin.
See also:  How To Use Chinen Salt For Diabetes?

Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, sehingga terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh. Diabetes tipe 1 dikenal juga dengan diabetes autoimun. Pemicu timbulnya keadaan autoimun ini masih belum diketahui dengan pasti. Dugaan paling kuat adalah disebabkan oleh faktor genetik dari penderita yang dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan.

Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih sering terjadi. Diabetes jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar 90-95% persen penderita diabetes di dunia menderita diabetes tipe ini.

Selain kedua jenis diabetes tersebut, terdapat jenis diabetes khusus pada ibu hamil yang dinamakan diabetes gestasional, Diabetes pada kehamilan disebabkan oleh perubahan hormon, dan gula darah akan kembali normal setelah ibu hamil menjalani persalinan.

Gejala Diabetes Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan beberapa hari saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2, banyak penderitanya yang tidak menyadari bahwa mereka telah menderita diabetes selama bertahun-tahun, karena gejalanya cenderung tidak spesifik. Beberapa gejala diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi: Sering merasa haus, Sering buang air kecil, terutama di malam hari, Sering merasa sangat lapar, Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas, Berkurangnya massa otot, Terdapat keton dalam urine.

Keton adalah produk sisa dari pemecahan otot dan lemak akibat tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai sumber energy, Lemas, Pandangan kabur, Luka yang sulit sembuh, Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih, Beberapa gejala lain yang juga bisa menjadi tanda bahwa seseorang mengalami diabetes, antara lain: Mulut kering, Rasa terbakar, kaku, dan nyeri pada kaki, Gatal-gatal, Disfungsi ereksi atau impotensi, Mudah tersinggung, Mengalami hipoglikemia reaktif, yaitu hipoglikemia yang terjadi beberapa jam setelah makan akibat produksi insulin yang berlebihan, Munculnya bercak-bercak hitam di sekitar leher, ketiak, dan selangkangan, ( akantosis nigrikans ) sebagai tanda terjadinya resistensi insulin.

Beberapa orang dapat mengalami kondisi prediabetes, yaitu kondisi ketika glukosa dalam darah di atas normal, namun tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes. Seseorang yang menderita prediabetes dapat menderita diabetes tipe 2 jika tidak ditangani dengan baik. Diagnosis Diabetes Gejala diabetes biasanya berkembang secara bertahap, kecuali diabetes tipe 1 yang gejalanya dapat muncul secara tiba-tiba.

Dikarenakan diabetes seringkali tidak terdiagnosis pada awal kemunculannya, maka orang-orang yang berisiko terkena penyakit ini dianjurkan menjalani pemeriksaan rutin. Di antaranya adalah: Orang yang berusia di atas 45 tahun, Wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional saat hamil, Orang yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) di atas 25, dan Orang yang sudah didiagnosis menderita prediabetes.

  1. Tes gula darah merupakan pemeriksaan yang mutlak akan dilakukan untuk mendiagnosis diabetes tipe 1 atau tipe 2.
  2. Hasil pengukuran gula darah akan menunjukkan apakah seseorang menderita diabetes atau tidak.
  3. Dokter akan merekomendasikan pasien untuk menjalani tes gula darah pada waktu dan dengan metode tertentu.

Metode tes gula darah yang dapat dijalani oleh pasien, antara lain:

Tes gula darah sewaktu. Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada jam tertentu secara acak. Tes ini tidak memerlukan pasien untuk berpuasa terlebih dahulu. Jika hasil tes gula darah sewaktu menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih, pasien dapat didiagnosis menderita diabetes. Tes gula darah puasa. Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada saat pasien berpuasa. Pasien akan diminta berpuasa terlebih dahulu selama 8 jam, kemudian menjalani pengambilan sampel darah untuk diukur kadar gula darahnya. Hasil tes gula darah puasa yang menunjukkan kadar gula darah kurang dari 100 mg/dL menunjukkan kadar gula darah normal. Hasil tes gula darah puasa di antara 100-125 mg/dL menunjukkan pasien menderita prediabetes. Sedangkan hasil tes gula darah puasa 126 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita diabetes. Tes toleransi glukosa. Tes ini dilakukan dengan meminta pasien untuk berpuasa selama semalam terlebih dahulu. Pasien kemudian akan menjalani pengukuran tes gula darah puasa. Setelah tes tersebut dilakukan, pasien akan diminta meminum larutan gula khusus. Kemudian sampel gula darah akan diambil kembali setelah 2 jam minum larutan gula. Hasil tes toleransi glukosa di bawah 140 mg/dL menunjukkan kadar gula darah normal. Hasil tes tes toleransi glukosa dengan kadar gula antara 140-199 mg/dL menunjukkan kondisi prediabetes. Hasil tes toleransi glukosa dengan kadar gula 200 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita diabetes. Tes HbA1C ( glycated haemoglobin test ). Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa rata-rata pasien selama 2-3 bulan ke belakang. Tes ini akan mengukur kadar gula darah yang terikat pada hemoglobin, yaitu protein yang berfungsi membawa oksigen dalam darah. Dalam tes HbA1C, pasien tidak perlu menjalani puasa terlebih dahulu. Hasil tes HbA1C di bawah 5,7 % merupakan kondisi normal. Hasil tes HbA1C di antara 5,7-6,4% menunjukkan pasien mengalami kondisi prediabetes. Hasil tes HbA1C di atas 6,5% menunjukkan pasien menderita diabetes.

Hasil dari tes gula darah akan diperiksa oleh dokter dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien didiagnosis menderita diabetes, dokter akan merencanakan langkah-langkah pengobatan yang akan dijalani. Khusus bagi pasien yang dicurigai menderita diabetes tipe 1, dokter akan merekomendasikan tes auto antibodi untuk memastikan apakah pasien memiliki antibodi yang merusak jaringan tubuh, termasuk pankreas.

Komplikasi diabetes Tingginya tingkat gula darah dalam jangka panjang bisa merusakkan pembuluh darah di seluruh tubuh dan berakibat pada mata, ginjal, jantung, dan sistem saraf. Penanganan ditujukan untuk menjaga tingkat gula darah berada di level yang senormal mungkin, untuk menunda timbulnya komplikasi.

Sejumlah komplikasi yang dapat muncul akibat diabetes tipe 1 dan 2 adalah: Penyakit jantung, Stroke, Gagal ginjal kronis, Neuropati diabetik, Gangguan penglihatan, Depresi, Demensia, Gangguan pendengaran, Luka dan infeksi pada kaki yang sulit sembuh, dan Kerusakan kulit akibat infeksi bakteri dan jamur.

  1. Diabetes akibat kehamilan dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan bayi.
  2. Contoh komplikasi pada ibu hamil adalah preeklamsia,
  3. Sedangkan contoh komplikasi yang dapat muncul pada bayi adalah: Kelebihan berat badan saat lahir, Kelahiran prematur, Gula darah rendah (hipoglikemia), Keguguran, Penyakit kuning, dan Meningkatnya risiko menderita diabetes tipe 2 pada saat bayi sudah menjadi dewasa.

Penanganan dan Pengobatan diabetes Semua pengidap diabetes perlu memakan makanan kaya karbohidrat-kompleks (seperti: roti, pasta, dan kacang-kacangan) serta rendah-lemak (terutama lemak hewani). Menjaga kesegaran jasmani juga termasuk bagian dari penanganan.

See also:  Mengapa Diabetes Tidak Bisa Disembuhkan?

Sebagai tambahan, para pengidap diabetes tipe pertama membutuhkan perawatan seumur hidup dengan suntikan insulin untuk mengganti hormon yang hilang. Penyuntikan bisa dilakukan sendiri beberapa kali sehari dan dosisinya harus diukur cermat sebanding dengan makanan yang ditelan. Pemantauan tingkat gula-darah secara berkala diperlukan untuk menjamin efektifnya penanganan.

Pengidap diabetes tipe kedua bisa mengontrol diabetes mereka sekadar dengan menjaga kesehatan fisik dan ketat menjalani diet yang benar, namun kebanyakan perlu mendapat obat oral dan beberapa di antaranya memerlukan suntikan insulin. Pengidap diabetes harus memeriksakan diri ke dokter setiap beberapa bulan agar bisa mengukur tingkat gula-darahnya serta mendeteksi dan merawat setiap komplikasi penyakit pada tahap dini.

Pasien diabetes diharuskan untuk mengatur pola makan dengan memperbanyak konsumsi buah, sayur, protein dari biji-bijian, serta makanan rendah kalori dan lemak. Pasien diabetes dan keluarganya dapat berkonsultasi dengan dokter atau dokter gizi untuk mengatur pola makan sehari-hari. Untuk membantu mengubah gula darah menjadi energi dan meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin, pasien diabetes dianjurkan untuk berolahraga secara rutin, setidaknya 10-30 menit tiap hari.

Pasien dapat berkonsultasi dengan dokter untuk memilih olahraga dan aktivitas fisik yang sesuai. Pada diabetes tipe 1, pasien akan membutuhkan terapi insulin untuk mengatur gula darah sehari-hari. Selain itu, beberapa pasien diabetes tipe 2 juga disarankan untuk menjalani terapi insulin untuk mengatur gula darah.

  • Insulin tambahan tersebut akan diberikan melalui suntikan, bukan dalam bentuk obat minum.
  • Dokter akan mengatur jenis dan dosis insulin yang digunakan, serta memberitahu cara menyuntiknya.
  • Pada kasus diabetes tipe 1 yang berat, dokter dapat merekomendasikan operasi pencangkokan (transplantasi) pankreas untuk mengganti pankreas yang mengalami kerusakan.

Pasien diabetes tipe 1 yang berhasil menjalani operasi tersebut tidak lagi memerlukan terapi insulin, namun harus mengonsumsi obat imunosupresif secara rutin. Pada pasien diabetes tipe 2, dokter akan meresepkan obat-obatan, salah satunya adalah metformin, obat minum yang berfungsi untuk menurunkan produksi glukosa dari hati.

Selain itu, obat diabetes lain yang bekerja dengan cara menjaga kadar glukosa dalam darah agar tidak terlalu tinggi setelah pasien makan, juga dapat diberikan. Pasien diabetes harus mengontrol gula darahnya secara disiplin melalui pola makan sehat agar gula darah tidak mengalami kenaikan hingga di atas normal.

Selain mengontrol kadar glukosa, pasien dengan kondisi ini juga akan diaturkan jadwal untuk menjalani tes HbA1C guna memantau kadar gula darah selama 2-3 bulan terakhir. Pencegahan Diabetes Diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah karena pemicunya belum diketahui.

  1. Sedangkan, diabetes tipe 2 dan diabetes gestasional dapat dicegah, yaitu dengan pola hidup sehat.
  2. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes, di antaranya adalah: Mengatur frekuensi dan menu makanan menjadi lebih sehat, Menjaga berat badan ideal, Rutin berolahraga, Rutin menjalani pengecekan gula darah, setidaknya sekali dalam setahun.

(Berbagai sumber-soffi)

Diabetes mellitus tipe berapa?

06 Desember 2018 Jelaskan Autoimun Yang Terjadi Pada Penyakit Diabetes Melitus Oleh : P2PTM Kemenkes RI Apa Saja Tipe Penyakit DM? DM tipe 1 : DM yang disebabkan tidak adanya produksi insulin sama sekali. DM tipe 2 : DM yang disebabkan tidak cukup dan tidak efektifnya kerja insulin. DM Gestasional : DM yang terjadi saat kehamilan DM tipe lainnya : DM tipe lain yang disebabkan oleh pemakaian obat, penyakit lain-lain, dsb. Baca Juga Apa itu Penyakit Diabetes Melitus (DM) ?

Jelaskan apa yang dimaksud dengan autoimun?

Autoimunitas adalah kegagalan suatu organisme untuk mengenali bagian dari dirinya sendiri sebagai bagian dari dirinya, yang membuat sistem imun melawan sel dan jaringan miliknya sendiri. Beberapa penyakit yang dihasilkan dari kelainan respons imun ini dinamakan penyakit autoimun,

Apa yang disebut penyakit autoimun?

Suatu kondisi di mana kemampuan sistem imun untuk melawan penyakit dan infeksi mengalami gangguan atau melemah Menyebabkan sistem kekebalan tubuh gagal total – dan setelah i tu kesehatan penderita akan memburuk perlahan-lahan.

Apa yang dimaksud dengan reaksi autoimun?

KOMPAS.com – Baru-baru ini, penyanyi Ashanty mengaku bahwa ia menderita penyakit autoimun, Penyakit ini pun menjadi ramai diperbincangkan. Apa itu penyakit autoimun ? Autoimun adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh diserang oleh tubuh. Ketika tubuh merasakan bahaya dari virus atau infeksi, sistem imun menghalau dan menyerangnya.

Kondisi ini disebut sebagai respons imun. Terkadang, sel-sel dan jaringan yang sehat juga tertangkap dalam respons ini sehingga menyebabkan penyakit autoimun. Melansir dari laman resmi John Hopkins Medicine, kondisi seperti di atas menyebabkan terjadinya radang sendi, sebuah jenis autoimun yang menyerang sendi.

Baca juga: Ashanty Idap Autoimun: Anang Beri Kata Bijak, Krisdayanti Panjatkan Doa Selain itu, yang umum dialami adalah, setelah radang tenggorokan, orang mengalami psoriasis, sebuah kondisi autoimun yang menyebabkan bercak kulit yang tebal dan bersisik.

Apa itu autoimunitas dan contohnya?

Penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri. Ada lebih dari 80 penyakit yang digolongkan penyakit autoimun. Beberapa penyakit di antaranya memiliki gejala serupa, seperti lelah, nyeri otot, dan demam. Jelaskan Autoimun Yang Terjadi Pada Penyakit Diabetes Melitus Akan tetapi, pada penderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh menganggap sel tubuh yang sehat sebagai zat asing. Akibatnya, antibodi yang dilepaskan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat tersebut. Patut diketahui, penderita penyakit autoimun lebih rentan terserang infeksi, termasuk COVID-19.

Rapid Test Antibodi Swab Antigen (Rapid Test Antigen) PCR

Bagaimana cara mengetahui penyakit autoimun?

Pemeriksaan Penyakit Autoimun – Untuk mengetahui masalah autoimun dapat dilakukan dengan tes saring yaitu, pemeriksaan terhadap antibodi tertentu, misalnya antibodi antinuklear. Pemeriksaan autoimun yang dapat dilakukan adalah ANA Profile, ANA Test, Anti ds-DNA, dan Pemeriksaan Sel L.E.

Baca juga: ANA Test (Anti Nuclear Antibody), Deteksi Masalah Autoimun Tubuh Terkhusus untuk Pemeriksaan Sel L.E, diindikasikan pada pasien yang didiagnosa menderita Lupus Eritematosus Sistemik. Sekitar 50% hingga 75% dari pasien dengan lupus mempunyai hasil positif terdapat Sel L.E. Bahkan pada beberapa pasien autoimun Rheumatoid Arthritis, Skleroderma, dan Drug-induced Lupus Erythematosus juga dapat ditemukan hasil yang positif.

Pemeriksaan Sel L.E juga cukup mudah, tidak perlu melakukan puasa atau persiapan khusus apapun. Secara biaya juga dapat dibilang yang paling terjangkau dibanding jenis tes autoimun yang lain.

Apakah penyakit diabetes melitus termasuk penyakit tidak menular?

Penyakit Tidak Menular PTM adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi kuman Jelaskan Autoimun Yang Terjadi Pada Penyakit Diabetes Melitus 30 June 2020 Repost Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi kuman. Yang termasuk kategori PTM ini diantaranya adalah stroke, penyakit jantung koroner, kanker, diabetes melitus, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.

Adblock
detector